Buah rambutan ada di kover album? Well, ternyata itu terjadi dan tampil di kover album band shoegaze UK bernama Curve. Entah apa alasan band ini dengan memasang gambar rambutan atau pubic fruit di gambar kover album mereka. Apakah mereka penyuka buah mungil berambut ini, atau sekadar takjub dengan rupa buah yang bernama ilmiah Nephelium lappaceum?
Tentunya, seperti buah rambutan, khususnya jenis cipelat, Curve yang juga salah satu band shoegaze di daratan UK pada era 90-an, termasuk favorit saya. Daya tarik dari Curve, adalah cita rasa unik daripada band-band shoegaze lainnya. Band ini menyajikan shoegaze yang tetap bermahzab swirling airy sounds dari gitar dan efek, diramu bersama sensaasi funk, electronic, sedikit gotik, dan beberapa pil ekstasi dari musik rave. Suara seksi vokalis perempuan menjadi sensasi candu menggairahkan dari Curve, dan itu bukan gombalan belaka dari saya.
Band ini diotaki oleh dua orang yaitu, Toni Halliday (vokal) dan Dean Garcia (basis, gitar, programer). Latar belakang Garcia yang mantan additional player dan juga pengisi materi di dua album band Eurythmics. Tak heran musik Curve juga berangkat dari musik yang rada dance tracks. Kedua orang ini yang sempat menjadi kekasih (fenomena cinta yang juga dilakoni MBV dan Cocteau Twins), dibantu oleh Debbie Smith (gitaris dan personil Echobelly), Alex Mitchell (gitaris), dan Steve Monti (drumer Jesus and Mary Chain).
Sebelum rilisan album perdana mereka, Doppelganger, Curve telah lebih dulu melempar tiga album EP berjudul Blindfold, Frozen, dan Cherry. Album Pubic Fruit adalah merupakan kompilasi dari semua lagu dari ketiga album EP tersebut. Bagi saya, album ini betul-betul memiliki sesuatu yang berbeda dari album shoegaze lainnya.
Vokal seksi Toni dan lanskap musik dari Garcia menjadi urat nadi Pubic Fruit. Sebut saja lagu pertama berjudul Ten Little Girls dari EP Blindfold, man! sangat danceable sekaligus headbanging, plus loop dan sampling Garcia yang asyik diselingi ocehan seorang rapper.
Lagu lainnya yang saya sukai, Blindfold. Tampak ethereal, rave, dan shoegazing in the same time. No Escape From Heaven, menyusul dengan beat yang lebih cepat dan keren. Kuncinya tak lain sampling gitar yang ajib, dan drum Monti yang konstan, ditemani permainan bass dan racikan sampling Garcia.
Coast is Clear, termasuk lagu yang juga saya sukai. Suguhan utama adalah vokal Toni yang begitu merdu nan seksi, plus drum loop, sampling dan riff gitar yang ekletik. Hal ini juga ditemui pada lagu seperti The Colour is Hurt, Clipped, dan Frozen.
Salah satu lagu paling seru di album ini, adalah Galaxy. Bagi yang pernah menonton film Mysterious Skins, pasti akan ngeh dengan Galaxy yang juga masuk soundtrack film tersebut. Layak didengar ketika anda berada di tengah jalan tol, dengan jendela terbuka, ketika mengendarai mobil Mustang atau sejenisnya.
Cherry, menjadi lagu pembunuh dari semua trek di album ini. Suara halus bergairah Toni, mengawali lagu yang perlahan-lahan dihampiri oleh hempasan reverb dan fuzz dari berbagai arah, namun dengan arus yang tenang menghanyutkan. Sampling dan drum loop mengisi setiap riak-riak dari hempasan tersebut. Naik dan turun, tak terduga.
Lagu penutup Fait Accompli, akhirnya memastikan akhir dari album bergambar rambutan penuh citarasa ini. Dan saya membayangkan betapa Pubic Fruit pun ternyata bisa begitu menggairahkan, selain manis rasanya. Marr
Toni Halliday dan Dean Garcia |
Spin (19930101)
Get The Link!
No comments:
Post a Comment