Monday, December 24, 2012

Donat Tujuh Inci Rumahsakit

Tak berselang lama reuni dan album (kompilasi) terbarunya di awal Desember, Andri Lemes cs, kembali bersiap dengan kejutan terbaru. Bersama label yang banyak maunya, Banyak Mauu Records, Rumahsakit akan merilis vinyl 7 inch di awal tahun 2013.

poster rilis donat 7 inci rumahsakit
Dari segelintir band indie lawas tanah air yang saya harapkan bisa dirilis kembali dalam bentuk vinyl, tak lain Rumahsakit. Saya kerap lempar topik dengan teman-teman, soal band-band  apa dan rilisannya bakal seperti apa. Dan ketika bicara band Andri Lemes cs ini, semuanya setuju dan sepakat jika ada yang bisa ngomporin Rumahsakit untuk sebuah rilisan semacam itu.

Awal tahun 2012 saat saya lagi ngebantu Planetbumi di acara Jaktv, sempat bertemu dengan Andri dan si Anda Twins (atau si Andi kembarannya yah?) dan ngomongin niatan si Anda (atau Andi?) yang tertarik merilis kembali dua album Rumahsakit dalam bentuk vinyl. Tetapi yah, tak ada terdengar lagi kabarnya.

Dan akhirnya, sebuah label baru yang dirintis oleh kedua teman, Banyak Mauu Records, berhasil membujuk Rumahsakit untuk dibuatkan rilisan versi vinyl berukuran diameter tujuh inci, biasa disebut donat. Saya pikir ini adalah hal paling keren untuk menyambut reuninya kembali band britpop lokal idola ibukota Jakarta seperti Rumahsakit.

Ketika mampir di Holybazaar, Ruang Rupa, teman saya membawakan plat test pressing dan diputarkan oleh DJ AK-47. Dua lagu di donat adalah Anomali dan Hilang, dua trek yang saya pikir mewakili masing-masing kedua album legendaris dari band asal kampus IKJ ini. Eklektik dan britpop.

test pressing on my hand!
Saya jadi ingin curcol betapa Rumahsakit begitu berkesan secara pribadi, yang tentunya bakal panjang lebar dan membuat bosan. Mungkin saya simpan saja sampai dirilisnya donat itu. Bayangkan, sebuah rilisan bersejarah dari band yang jebolan skena indie lokal era 90-an yang kabarnya dilaunching di awal 2013. Donatnya indie darlingnya ibukota Jakarta, saya akan sabar menanti saatnya tiba. Comin' soon, amigos!

Thursday, December 20, 2012

R.E.M. - Monster

Photobucket
R.E.M. adalah legenda. Titik? Tentu tidak, untuk sebuah band yang telah berdiri sejak awal awal 1980-an hingga sekarang, tanpa kenal lelah, turut membidani 'lahirnya' kawanan band-band alternative di pelosok kota AS yang begitu terinspirasi oleh mereka. Keempat pria ini asal kota Athens, Georgia ini juga menandai jejak historis ketika postpunk memilih saatnya untuk keluar dari gelap temaram, dan menikmati kegairahan sinar mentari alternative rock, namun tetap D.I.Y, dan idealis.
So, pendek kata, selama dua puluh tahun itu, puluhan album telah dirilis, melewati berbagai era gejolak dan revolusi musik; mulai dari era berseminya skena american underground music, lalu Nirvana datang menampar milyaran telinga anak muda di dunia, sampai detik ini, berikut ragam kritik terbaik dan terjemukan. Buat saya sendiri, R.E.M. adalah sebuah enigma yang sangat mengasyikan dalam setiap album-albumnya. Namun, justru pada sebuah album berjudul Monster lah, dimana saya justru meresapi esensial dari band ini, bahkan bukan dari album-album terbaik mereka seperti Automatic for Life, Out of Time, dan lainnya.
Maka peristiwa membekas itu terjadi ketika di pertengahan 90'an, saat bercelana abu-abu, sebuah kaset R.E.M terpinjam dari seorang teman lama. Ketika itu memang gerombolan US alternative bands lagi jaya-jayanya di toko kaset seluruh dunia, dan album Monster mewakili masa tersebut. Album kesembilan R.E.M dirilis tahun 1994 ini merupakan album yang didisain nge-distorsi oleh band yang dihuni oleh Michael Stipe (vokalis), Peter Buck (gitaris), Mike Mills (bass), dan Bill Berry (drumer). And, hell yeah, this album trully one of a kick ass 90's alt record for me!
Aransemen lagu-lagu yang simpel, namun sangat 90's alt-ish sekali. Singel pembuka, What's the Frequency, Kenneth? menampilkan sebuah lagu folk sederhana dengan gitar distorsi fuzz yang keren. Lagu Circus Envy tampak seperti R.E.M sedang ber-grunge ria di sudut pub di kota Seattle. Sebuah lagu favorit saya berjudul Crush with Eyeliner, dimana tremolo efek berbalut fuzz distorsi, benar-benar membuat diri saya terkagum pada aransemen lagu yang simpel namun tetap enak didengar, dan alternative sound sekali. Thurston Moore turut menyumbangkan permainan gitar dan backing vokal pada lagu Crush with Eyeliner, and yeah that's a cool fact.
Lagu-lagu lainnya di album Monster ini, tentu tak berwajah monster semua. Trek-trek kontemplatif seperti Tongue, dengan perkusi serta piano organ, membuat album ini semakin asyik didengar bagi saya. Lagu Strange Currencies siap membius, seperti sebuah sekuel dari singel lawas mereka terdahulu, Everybody's Hurts. Tapi tentu saja kekuatan lirik dari Michael Stipe adalah roh dari semua album-album R.E.M., termasuk album Monster. Salah satunya, sebuah lagu berjudul Let Me In yang didedikasikan untuk sahabat Stipe, Kurt Cobain yang tewas bunuh diri beberapa bulan sebelum album ini dirilis. Kocokan gitar Buck full distorsi reverb bergema, serta lirik bervokal khas Stipe menjadi balada penuh haru dan refleksi terakhir atas Cobain yang gagal menghadapi kehidupannya yang absurd.
Album Monster memang mengangkat bagaimana kehidupan selebritas dan popularitas bak sebuah monster yang dapat menelanmu pelan-pelan secara mengerikan. Sekaligus reaksi R.E.M. atas kegilaan atas popularitas yang mereka alami, berikut contoh sempurna seorang Kurt Cobain. Toh, Cobain yang memang mengidolakan R.E.M. pernah berkata betapa Stipe cs musisi luar biasa cerdas, dan mampu mengatasi kegilaan sukses dan popularitas dengan baik sekali. Begitu kentalnya refleksi tersebut hingga album ini juga didedikasikan kepada sahabat R.E.M. yang tewas overdosis di tengah ketenarannya, seorang aktor muda sangat berbakat, River Phoenix, seperti tertulis di akhir sleeve album "For-river". Dan mereka semua itu telah tertelan pelan-pelan melalui sebuah monster, dan album ini menceritakannya kembali.
hints: pada saat R.E.M. melayat di rumah Cobain selepas pemakaman, Courtney Love memberikan gitar Fender Jagstang milik Cobain kepada Buck. Gitar ini kemudian dipakai pada sesi rekaman lagu What's the Frequency, Kenneth?, dan juga turut tampil di videoklip singel tersebut.
source: setelah satu dekade lebih sejak pertama mendengar album ini, akhirnya terbeli juga cd-nya di DU, Bandung hehehe puas pisan.
Photobucket

Wednesday, December 19, 2012

Jakarta 2013: The Stone Roses dan Weezer

Awal tahun 2013, Indonesia akan kedatangan dua band legendaris, the Stone Roses dan Weezer. Kesempatan berhaji lagi bagi para scenester lokal selepas kehadiran Morrissey.

Rasanya, 2012 dan 2013 telah dan akan menjadi dua tahun yang berkesan bagi diri saya. Dua band yang bisa didaulat sebagai panutan bagi para penggemar musik alternatif indie britpop era 90-an, yakni Weezer pada 8 Januari dan the Stone Roses pada 23 Februari. Kejutan yang tak diduga-duga!

Well, tak ada yang menyangka jika tahun 2012 Morrissey bisa beraksi di Indonesia, hal yang sama sekali terlintas di benak saya, termasuk mungkin anda. Dan tiba-tiba sang Imam Miserable-ism mengejutkan kita semua, bahkan dirinya sendiri dengan menempatkan Jakarta sebagai momen konser terbaik yang ia pernah alami selama ini setelah melihat betapa menggeloranya para penonton.

Dan kini Weezer dan the Stone Roses akan bergiliran menghibur kita semua. Weezer akan membawakan lagu-lagu dari album Biru-nya, dan the Stone Roses, well, mereka telah reuni dan apapun lagunya, kita semua akan berdansa dan bernyanyi bareng.

Dahulu, menonton band-band keren menjadi hal yang tak semua orang bisa nikmati. Saya pun sudah girang hanya dengan mendengar kisah orang-orang yang pernah menonton band idola saat mereka sekolah atau kuliah di luar negeri. Rasanya keren banget. Epik.

Dan kesempatan berhaji pun menjadi milik semua orang, duit cekak atau tajir; semua akan mendapatkan momen terindah. Sepertinya, kedua konser ini patut dihadiri, momen yang belum tentu bisa datang untuk kedualinya.