Tuesday, May 19, 2015

Sweaters - Mendengarkan Artefak Sejarah (Felix's Liner Notes)

Rasanya penting untuk menampilkan tulisan liner notes Felix Dass di dalam rilisan kaset Sweaters yang sebulanan lalu dirilis Anoa Records. Tulisan pendek tentang perjalanan tur band indie pop Jakarta di akhir 2000an, di Singapura, dan keriuhan yang menyertai gerombolan tur tersebut. Fragmen sejarah yang kasual dan indie pop.

Mendengarkan Artefak Sejarah


Yang sekarang anda pegang adalah sebuah artefak sejarah scene indiepop Jakarta. Sweaters, saat itu bersama Ballads of the Cliché dan Dear Nancy, dengan gagah berani melakukan perjalanan tur ke Singapura untuk memainkan seri We Are Pop! yang biasa dipentaskan di Mayestik, Jakarta Selatan di Negeri Singa. Karena budget yang tipis, perjalanan harus dilalui lewat kota Batam karena biaya fiskal laut lebih murah ketimbang udara.

Turnya, karena dijalani bersama teman-teman dekat, tentu saja menyenangkan. Rombongan lumayan besar dan banyak cerita yang terekam di memori. Mulai dari mabuk mahal, nyaris dideportasi, cinta lokasi, percikan emosi sesaat, tidur di pagi hari sampai kehabisan uang karena terlalu sibuk menghamburkannya.

Sweaters
Kami mengirimkan pesan yang mungkin laku sepanjang masa; bahwa bermain musik adalah tentang bersenang-senang dan melewati batasan mimpi dengan serangkaian kerja keras. Band yang tidak hebat-hebat amat bisa melintas batas dan mempresentasikan musik mereka di pasar yang benar-benar baru.

Yang kami lakukan waktu itu adalah antitesa dari kebanggaan band-band besar Indonesia yang senang bukan main bisa main di luar negeri tapi ditonton oleh massa arahan persatuan orang Indonesia setempat. Kami tidak melakukan itu. Sweaters, Ballads of the Cliché dan Dear Nancy memperkenalkan musik yang dimainkan sehari-hari dengan nuansa senang-senang yang terlalu kental.

Dari ketiga band itu, album yang anda pegang ini, merupakan hasil rekaman terbaik. Bukan apa, vokalis dua band lainnya tidak punya kualitas menyanyi sebaik Merdi Leonardo Simanjuntak. Simpan baik-baik album ini, ada banyak sejarah di dalamnya; Esther Samboh dan Ichsan Tirtana, dua orang penampil di tiga pertunjukan The Sweaters di Singapura waktu itu, sudah meninggalkan arena. Enjoy!


Felix Dass
(Pada waktu itu) Co-Creator We Are Pop! dan Manajer Ballads of the Cliché.

Sunday, May 17, 2015

Lima Laman Band Lokal 'Obscured' di Myspace

Jauh sebelum Soundcloud tercipta, Myspace lah tempat terkeren bagi band-band menampilkan musik terkeren mereka. Termasuk band lokal Indonesia, mulai dari yang tenar sampai yang obscured tak terlacak.



Yep! Bagi yang pernah mengalami masa-masa indah Myspace tentu nggak lupa sama muka bule di atas, Tom, teman pertama kamu ketika log in pertama kali. Ketika Friendster mulai membosankan, Myspace menjadi sosmed (sebelum ada Facebook) yang populer seantero dunia. Mulai dari cari gebetan, fan page, sampai urusan ngeband.

Dan bagi saya, Myspace pernah menjadi begitu kerennya ketika juga menjadi laman page bagi musisi-musisi yang memamerkan musik, ataupun informasi terhadap fansnya. Saya ingat bagaimana Pee Wee Gaskins meraih kesuksesannya justru dari promo militan mereka di Myspace.

Tapi saya nggak mau bicara soal itu, tapi lebih pada bagaimana Myspace ketika itu juga memiliki laman page band-band keren dan obscured! Band-band yang saking kerennya, nggak banyak yang tahu keberadaan mereka, bahkan akhirnya menghilang begitu saja. Dan untungnya Myspace tak menghapus akun-akun mereka meski sudah tidak aktif.

Saya teringat dengan lima band yang saya sukai di Myspace, dan kelimanya sebagai berikut, plus penjelasan singkat saya tentang mereka. Saya ingin berbagi dengan kamu. Enjoy!

1. Sugarspin


Satu lagi band indie pop Jakarta yang seingat saya didirikan Tania (Clover, Whistler Post). Musiknya keren, dan kalau tak salah pernah manggung juga di acara2 Heyfolks. Too bad, ketika itu di mid 2000-an tak sebanyak label seperti sekarang, yang bisa merilisnya. Trek favorit :1993

2. Silverglaze
Tak ada yang menyadari ketika itu di mid 2000an, ada band bernama Silverglaze di Myspace dengan nama-nama seperti Ajie Gergaji, Ajo, dan Widi. Ketiga eks Cherbomb ini merilis lagu mereka di Myspace tanpa promo apapun soal keberadaan mereka. Gaibnya, mereka tak sekalipun manggung, lalu menghilang beitu saja. Indie Pop yang keren yang khas Velocity Girl, Madder Rose dan sejenisnya.  Trek favorit: semuanya!


3. Sieve

Sieve jelas band Gothic Bandung paling memikat. Didirikan Alexandra Wuisan, vokalis pertama Cherbomb, dengan rilisan kaset Biara yang kini harganya menyentuh 100ribuan keatas. Gaibnya, di laman Myspace, ada judul lagu yang tak muncul di kaset (meski durasinya terputus) berjudul Kediri Bersemi.  Trek favorit: Vitreus Wish
https://myspace.com/sieve15/music/songs


4. Belladonna


 Salah satu band dreampop shoegaze Jakarta yang berkibar di 2000an. Ethereal dan membius. Andai band ini masih aktif di saat ini, ketika band-band shoegaze lokal mulai semarak. Trek favorit: Morning Sunshine

5. Faction


Band Post Punk Bandung yang saya sangat sukai di Myspace, tentu selain The Porno. Dark dan menekan, sangat menyesakkan ketika band ini justru menghilang tanpa ada yang merilisnya. Gokil, mereka seharusnya bisa manggung lagi, karena musik mereka terlalu keren untuk menghilang begitu saja, imho. Trek favorit: The Pil.

-------------------------
Ini adalah pilihan pribadi saya, tentu kamu punya pendapat sendiri, jadi silahkan berbagi informasi dan mengenang masa lalu.
Btw, salah satu dari band diatas, akan dirilis oleh Anoa Records :) silahkan ditebak yah!





Tuesday, May 12, 2015

Records Store Day 2015 di Jakarta

Sebulan kurang telah berlalu dari hajatan dua hari Records Store Day 2015. Keramaian, keriuhan dan pengap asap rokok melatari aksi jual beli rilisan fisik berbagai bentuk.

Jajan Rock RSD 2015
Hajatan RSD memang selalu berkesan. Kesannya gak cuma ketika kita mendapat rilisan keren dengan harga oke, tetapi juga amblasnya dompet. Diadakan pada pertengahan April, dimana tanggal tua bagi yang tidak kaya-kaya amat, RSD 2015 di Jakarta bisa dibilang lebih besar ketimbang tahun sebelumnya.

Dari jumlah rilisan resmi lokal RSD, jauh lebih banyak dari tahun lalu. Lokasi tempat pun juga lebih luas, berlokasi di Bara Futsal, Blok M. Dan karena saya juga ngurusi Anoa Records, hajatan ini dimanfaatkan label saya untuk berpartisipasi.

Beruntung, ketika jaga booth, saya masih bisa curi waktu untuk ubek-ubek sana-sini lihat apa yang bisa dibeli, dan berhasil membeli beberapa rilisan dengan harga sangat oke, misalnya 7 inch Morrissey cuma 150ribu saja dan sejumlah CD band luar dengan harga bersahabat bet. Bisa dilihat di foto di atas.

Rilisan lokal pun berhasil saya dapatkan, meski ada yang gagal diperoleh karena terpusat di stand jualan resmi RSD yang ngantrinya kayak sembako. Berikut rilisan-rilisan lokal yang saya dapatkan dan sepatah dua kata dari saya,

1. Sweaters

album live Sweaters di Singapura tahun 2008, dirilis Anoa Records. album live yg penting dari sebuah band indie pop JKT yang obscured namun keren sangat!


2. Picadilly

Band indie pop Bandung yang mengidolai Blossom Diary dengan cover ulang satu lagu mereka. Seru musiknya!

3. Ansaphone

Reissue ep pertama mereka, band post rock bandung. Nice.

4. Themilo - Let Me Begin (reissued in cd)

akhirnya di-cd-kan. meski banyak keluhan dari kualitas masteringnya, apapun itu, bersyukur ada versi cd dari album terbaik mereka.
5. Planetbumi - The rest of..

kompilasi lagu-lagu lawas Planetbumi dari album-album lama mereka, direkam ulang. Hasilnya oke kok.

6. Atsea

Dikasih bos Kolibri Records! Makasih yah :) Keren juga, instrumental indie pop khas band-band Captured Tracks. Interesting..
-----------------------------------------

Monday, May 11, 2015

Kaset Masa Indah Banget Pisan Sekali

Bandung pernah memiliki satu kompilasi band-band underground yang sangat penting. Namanya Masa Indah Banget Pisan Sekali, dan muncul kembali misterius dalam bentuk kaset.


masaindahbangetpisansekali versi kaset

Suatu ketika saya di akhir pekan seperti biasa saya mampir ke Blok M Square, lantai bawahnya, untuk cuci mata. Mampir ke beberapa toko musik, melihat tumpukan cd, kaset, atau vinyl yang menghibur hati, dan mungkin menggoda untuk dibeli.

Tiba-tiba mata saya memelihat Ari Kucluk dan Jhonny (keduanya pedagang musik Blok M Square) sedang transaksi tumpukan kaset, dan paling atas ada kaset gambar anak kecil dengan judul album... Masa Indah Banget Pisan Sekali. Langsung saya beli meski harga yang cukup mahal meski dibawah seratus ribu.

Kompilasi Masa Indah Banget Pisan Sekali telah menjadi artefak historis scene Bandung di tahun 1990an. Aslinya berformat CD, dan rilisan kaset ini patut dicurigai berbau ilegal alias tanpa ijin karena sang produser kompilasi ini, Richard Mutter - setelah dikonfirmasi Arian13 - bilang dirinya tak pernah merilis ulang CD yang dirilis awal 1900an ini dalam bentuk apapun.



Penasaran juga siapa yang merilis tanpa ijin kompilasi ini, kemasannya rapi, dan kualitasnya juga lumayan untuk didengarkan. Menarik juga melihat kompilasi ini yang disesaki oleh band-band HC, Punk, seperti Burgerkill, Puppen, Full of Hate (dikaset typo jadi Full Oh Hate haha - tapi mungkin disengaja agar terlihat bootleg?), Turtle Jr., Balcony, dan Waiting Room. Kerennya Cherry Bombshell menjadi satu-satunya band indie yang tampil di kompilasi ini, dengan lagu Super Ego, vokal masih Alexandra (Sieve).


Saya kurang tahu yah sejarah kaset ini, tapi kalau melihat dari liner notes singkat Mutter, kompilasi ini dibuatnya sebagai jawaban atas dua fans PAS yang mengritik bandnya karena menjadi band pengiring seorang musisi mainstream dan menanyakan kenapa tidak membantu scene saja.

Jika beruntung mungkin saja anda bisa mendapatkan bootleg kaset ilegal ini, ketika CD-nya rare pisan dan harganya bisa mencapai 200ribuan. Dan syukurnya saya menemukan link unduh kompilasi ini dari sebuah blog, semoga bisa memahami esensi kompilasi yang keren ini.

Unduh