Tuesday, May 10, 2011

Upside Down : The Creation Records Story - The New Trailer



Trailer video diatas berasal dari dokumenter bertajuk Upside Down : The Creation Records Story, sebuah film historis yang menjejaki kembali kisah sebuah label musik ajaib bernama Creation Records. Bagi kami, label ini berjasa besar melahirkan lanskap musik artistik dengan band-band seperti MBV, Ride, Swervedriver, The Boo Radleys, Jesus and Mary Chain, Teenage Fanclub, The Jasmine Minks, Primal Scream, hingga Oasis.

Salah satu quote di dokumenter ini dari begawan musik bernama Alan McGee, tentang label Creation Records yang dilahirkannya, dan akhirnya dijual karena menjelang bangkrut, "I think it was like the ultimate fucked up family".

logo label Creation Records


So, kami sangat menyarankan untuk segera memesan DVD/Blue-ray dari film ini, jika anda ingin mengenal lebih dekat dengan Creation Records, dan curhat para penghuninya yang terdiri dari orang-orang sedikit kacau  hingga rada normal. Bisa pre-order kopinya di amazon atau lainnya, atau pesan ke para seller merchandise import kepercayaan anda di facebook. Hurry up!

Sunday, May 8, 2011

Shed Seven - Change Giver

Photobucket

Shed Seven, the underdog Britpop band, lahir di kota York, Inggris, pada tahun 1990 ketika scene musik di daratan Ratu Elizabeth didominasi Madchester dan shoegaze. Baru tiga tahun kemudian band ini berhasil menampakkan diri di kancah musik Inggris setelah momentum meledaknya semangat nasionalis ala Britpop. Ketika genre shoegaze akhirnya tewas dan The Stone Roses mati suri, pada tahun 1994, Shed Seven merilis album debut cukup penting dalam sejarah Britpop, namun underrated oleh kritikus musik Inggris.

Empat pemuda, Rick Witter (vokal), Tom Gladwin (gitar bas), Alan Leach (drum), dan Joe Johnson (gitar), yang kemudian digantikan oleh Paul Banks; mengambil pengaruh utama dari The Stone Roses, Happy Mondays, hingga The Rolling Stones, lalu berhasil mendapat kontrak album pertama dari Polydor Records, setelah sukses meraih peringkat ketiga pada Battle of the Bands setahun sebelumnya.

Album debut bertitel Change Giver akhrnya dirilis dengan beberapa single seperti “Mark”, "Casino Girl”, dan “Speakeasy” yang berirama catchy serta berlirik gamblang dan berhasil menduduki chart lagu di Inggris. Kemudian diikuti “Ocean Pie”, sebuah lagu semi psych bluesy Britpop, yang sempat mengundang kontroversi karena liriknya memaparkan ajakan penggunaan drugs. Dominasi riff gitar Banks dan vokal Witter yang lantang dan merayu menjadi warna utama Shed Seven, terutama di lagu “Stars in Your Eyes” dan “Dolphin” with the intense rock driven riff.

Ironisnya, tidak seperti Blur, Oasis, Suede atau bahkan Menswear, Shed Seven belum pernah mengecap kepopuleran band Britpop papan atas. Sikap media Inggris ketika itu agak menganaktirikan mereka, sehingga band ini tidak pernah mendapatkan cukup publisitas ala NME, Melody Maker dan VOX. Well, setidaknya Change Giver gave this four lads from York, a chance untuk meramaikan khasanah musik Britpop ketika itu. The Drowner

Source: I purchased this cd somewhere in Bandung, many years ago... ketika ritual bolak-balik Bandung–Jakarta via kereta api masih mewarnai my previous confusing life.

Photobucket
get the link!
buy it! (or hunt their last remnant on eBay!)

Monday, May 2, 2011

Something 'El - Tragically Romantic


















Pernah saya dan teman bertanya apa gerangan terjadi pada skena indie saat ini yang tampak memuram. Tak terdengar lagi ragam event musik indie seramai dua tahun sebelumnya. Lokasi tempat acara pun semakin susah dicari lagi, sementara band-band indie lokal seperti berjalan di tempat. Media dan produk tak lagi melirik. Masa keemasan pesta pensi telah jadi kenangan masa lalu, dan ruang ekspresi lainnya seperti menadir.

Bak pertanda, label indie besar bernama Aksara Records wafat, untungnya sebagian bisa bertahan hidup. Toh, kreatifitas tak pudar. Beberapa band baru bermunculan menawarkan sensasi musik menawan, beberapa pemain lama yang lebih dulu eksis bersikap militan dengan kembali terjun dari bawah dalam membina basis massa dan publikasi karyanya. Aspek komersialitas dan segmentasi populer (non musik alay pastinya) pun semakin dibidik, setelah suksesnya band-band seperti Pee Wee Gaskins, yang berhasil menggaet kalangan remaja tanggung dan anak sekolahan.

Something 'El, band yang terdiri dua manusia, yaitu Lutfi dan Ladrina, merilis album perdana berjudul Tragically Romantic, yang menurut saya hendak mengendus peluang dicintai oleh anak-anak sekolahan. Bermaterikan musik-musik ringan dan lirik cecintaan yang sederhana, album ini sebenarnya bisa diandalkan. Namun saya melihat begitu banyak kelemahan dan kekurangan yang cukup krusial.

Mengusung musik pop indie bersenjatakan rona akustik Lutfi, dan suara menggemaskan Ladrina. Oke, dua senjata tersebut merupakan kombinasi manis. Namun materi album ini kurang menyimpan lick-lick dan hook menggigit. Pemolesan aransemen dan mixing sebuah album dominan akustik seperti Tragically Romantic kurang matang dan terjaga. Belum lagi bagian lirik yang meski simpel, tetapi tak ada kelihaian permainan kata-kata. Padahal lirik adalah hal paling menentukan untuk sajian album seperti ini.

Usikan lainnya adalah kemasan CD yang tampak kurang diperhatikan hasil akhirnya, dimana lembar sleeve tak pas dengan case jewel? Entah apa ini karena CD yang saya terima, tetapi hal ini juga saya temui di CD milik teman saya juga. Seperti salah satu blog terkemuka yang menyebut album mereka 'seperti terlalu terburu-buru', saya rasakan demikian halnya.

Malah saya berpikir mereka seharusnya melepas saja dulu beberapa mini album atau EP, untuk menjaga momentum karya mereka secara periodik. Keuntungannya, selain bisa memainkan ritme sounding karya-karya mereka, juga bisa menelaah lagi apresiasi dan ekspetasi pendengarnya.

Untuk album kedua, Something 'El harus lebih berani lagi mengeksplor bakat musik mereka dan menciptakan kejutan baru. Mereka mempunyai dua senjata unik, tinggal bagaimana menemukan 'The It Song' yang akan membangkitkan kembali gairah skena musik di negeri ini. Keep it Alive, El's!

Sunday, May 1, 2011

The Modest - Instant Best Friend (EP)



















The Modest, sebuah band sampingan di kala The Sastro mendingin sejenak. Dikomandani oleh dua personel The Sastro, Ritchie dan Rege, kedua sisanya adalah wajah baru, band bernafas pop indie guitar ini sempat menarik perhatian beberapa waktu silam melalui videoklip yang unik, lewat single Will Someone.

EP The Modest berjudul Instant Best Friend ini sebenarnya sudah lama 'ngumpet' di folder draft blog ini, menanti untuk diposting. Tetapi daripada terlambat sama sekali, hadirlah ulasan album mini mereka, berikut dengan bonus mp3nya. Komparasi dengan The Sastro? Sepertinya kita tak akan menemui progresifitas dari lick2 gitar ala The Sastro, namun riff-riff jernih dan beat drum yang dimainkan The Modest mengingatkan pada band-band seperti the Phoenix. Refreshing and Jangling.

Satu hal yang sempat menjadi obrolan saya dan teman ketika mendiskusikan The Modest, tak lain sosok sang vokalis dengan corak vokalnya yang agak 'oriental'?. Kami sempat menggunjingkan vokalnya di telinga kami yang bisa debatable bagi siapapun, berjam-jam jika mau diladeni, tetapi what the heck, this is music, rite? Setiap orang punya kekhasan, termasuk sebuah band, meski harus patuh norma dan nilai, dan melek nada. The Modest, tak terlalu bermasalah untuk hal-hal tersebut.

star Pictures, Images and Photosstar Pictures, Images and Photosstar Pictures, Images and Photosstar Pictures, Images and Photos 


get the link!