Thursday, December 25, 2008

The Hollow Men - Cresta

Photobucket

Cresta by The Hollow Men is a hidden gem of neo psychedelia baggy hybrid dari kedigjayaan music Madchester (sebuah riak dalam revolusi musik yang terpusat di kota Manchester, northern England) yang pernah membuat seluruh Inggris melayang di akhir '80-an dan awal '90-an, untuk kemudian punah.

Didirikan di kota Leeds, Inggris (tempat lahirnya band-band hebat seperti Gang of Four, Pale Saints, The Wedding Present, etc.) di pertengahan tahun '80-an. Band ini awalnya sebuah proyek musik dari two Loiners Lads (sebutan orang-orang Leeds) yaitu David Ashmoore (vokal) dan Choque (gitar ritem), yang kemudian sepakat menarik Brian E. Roberts (gitar melodi), Howard Taylor (gitar bas), dan Jonny Cragg (drum) untuk bersama-sama mengadu peruntungan di kancah musik negeri mereka dengan mengusung nama The Hollow Men. Setelah merilis album Cresta, mereka didaulat oleh para kritikus Inggris sebagai bagian dari gelombang baggy successors-nya The Stone Roses.

Dirilis oleh Arista Records di tahun 1991, Cresta bukanlah tipikal album Madchester biasa. Materi album ini sarat unsur-unsur eksperimental yang berani menembus pakem musik Madchester seperti psikedelia '60-an, jangle pop, yang dipadu dengan groove acid house. Suara Ashmoore yang lembut, charming, dan menggoda berpadu dengan indahnya melodi musik yang menjadi kekuatan utama album ini. Belum lagi aransemen musiknya, kuat dan brilian.

Lagu-lagu yang menonjol di album ini antara lain "The Moon's Balloon" yang menggabungkan unsur baggy ecstaciesque dan dance beats ala New Order. Di lagu "November Comes", suara gitar wah dari Choque dan Roberts terasa pas sebagai harmoni melodi lagu ini. Lagu "Barefoot Parade" dan "Pantera Rosa", can be included as one of the amazing Mancunian pop anthems' playlist. Tidak ketinggalan nyali mereka dengan memasukan unsur shoegaze ke dalam lagu "Tongue Tied".

Cresta was beautifully crafted, dan sophisticated di eranya, fully inspired by Mancunian spirit. Sensasinya tidak akan cepat lekang ditelan waktu, setidaknya sampai sekarang. Rasanya tidak berlebihan jika album ini disejajarkan dengan album-album fenomenal Madchester seperti The Stone Roses-nya The Stone Roses, Life-nya Inspiral Carpets, Some Friendly dari The Charlatans dan Pills 'n' Thrills and Bellyaches milik Happy Mondays. The Drowner

Source: A fraud transaction with Mr. Reza Ansel, the imaginary boy, sisa-sisa dari anggota awal Young Offender yang masih bertahan hidup... Syaluttts! <---Bobby's style

Photobucket

get the link!

buy it!

Warhorse - Warhorse

Photobucket

Warhorse, the missing link of music craft between Deep Purple and Black Sabbath!!! Salah satu band rilisan Vertigo, sebuah label prog rock legendaris Inggris era '60-an, tempat bernaungnya band-band pengusung musik berisik seperti Black Sabbath, Gentle Giant, atau Cressida. Terbentuk pada tahun 1970 oleh lima musisi berbakat, Ashley Holt (vokal), Nick Simper (gitar bas, eks Deep Purple), Ged Peck (gitar), Mac Poole (drum) dan Frank Wilson (kibor, organ Hammond). Mereka sepakat untuk memilih nama band yang terasa suram, Warhorse.

Di album studio pertama yang berjudul sama ini, Warhorse bak sebuah dinamo yang kelebihan arus listrik dengan memainkan heavy violent hard rock. Keseluruhan materi di album ini begitu dinamis, dipadu dengan nuansa progresif kelam, menjadikan album ini a mixture of bands like Deep Purple, Black Sabbath, Uriah Heep dan Yes.

Tidak dipungkiri, nyawa ‘Kuda Perang’ ini ada pada permainan Hammond yang brilian dari Frank Wilson. Sangat klasikal katedral namun beraura prog kelam. Tak ketinggalan vokal garang nan agresif dari Ashley Holt, serta cabikan bass Nick Simper yang bertanggung jawab membuat Warhorse kerap disamakan dengan Deep Purple.

“Vulture Blood” menjadi lagu pembuka album. Dimulai dengan intro organ bernuansa kelam, lalu disambung dengan suara Ashley Holt yang terdengar intimidatif dan penuh energi. Lagu lainnya, “No Chance” dan “Solitude” merupakan implementasi hard rock progresif beraroma balada ala Warhorse. Kemudian lagu “St. Louis”, yang aslinya milik The Easybeats, dibawakan dengan lebih kencang dan dinamis dari versi sebelumnya. Lagu lainnya, “Ritual”, tampak terdengar seperti materi b-sides versi Deep Purple. Sedangkan di track “Burning” dan “Woman of the Devil”, identitas musik dan lirik Warhorse terpapar jelas dengan iringan teknik harmoni klasikal dari gitar Ged Peck, sumber aliran darah dari Warhorse. Gebukan drum dahsyat Mac Poole sukses menjaga stabilitas ketujuh lagu di album ini.

Di label Vertigo, band ini hanya berhasil merilis dua buah album, Warhorse dan Red Sea, sebelum akhirnya bubar. Timing yang tidak tepat, kurangnya promosi, serta hantaman konflik internal dengan sang label membuat Warhorse gagal menyamai popularitas serta reputasi Deep Purple dan Black Sabbath. Mereka pun akhirnya harus rela hanya menyandang status sebagai one of the great lost '70s band. Jika ingin menyimak sebuah artifak bersejarah dari band hebat namun teralienasi oleh gegap gempita stardom of hard rock bands in '70s, maka album ini sangat layak dinikmati. The Drowner

Hint: LP orisinil rilisan Vertigo UK (swirl label) dari Warhorse merupakan salah satu item langka yang paling banyak dicari oleh para kolektor penggila piringan hitam.

Source: Beli di Duta Suara Sabang pada saat cd rilisan Repertoire Records sedang membanjiri etalase beberapa record stores many years ago. Rilisan pertama reissue!

Photobucket

get the link!

buy it!

Wednesday, December 24, 2008

Velocity Girl - Copacetic

Photobucket

Okay, let me go straight, so there will be no band called Cherry Bombshell if Gergaji or Pecunk (two founder of this band from Bandung) never notice this band! Yep, it’s true. Siapapun yang telah mendengarkan isi album debut resmi mereka ini di label Sub Pop bakal berkata sama. Velocity Girl memadukan aura sonik dari scene shoegaze di Inggris dengan sisi melodik dari alternatif indie pop, an approach which by para kritikus melabelinya sebagai 'bubblegrunge' (hah?). Toh, Velocity Girl menjadi salah satu band AS tersukses dan banyak dibicarakan di scene indie rock UK dan AS pada era '90-an.

Berdiri di Silver Spring, MD pada bulan September 1988, band ini diperkuat oleh Sarah Shannon (vokal) Archie Moore (gitaris, vokal), Kelly Riles (basis), John Barnett (gitaris), dan Berny Grindel (drum). Album Copacetic bisa disebut sebagai salah satu album terbaik dari scene indie di AS. Vokal Sarah Shannon yang girlie dan manis bersanding dengan fuzzy sounds dari Archie dan Barnett. Begitu berwarna materi album ini, tak hanya khas white noise fuzz seperti lagu populer mereka di album ini “Crazy Town” atau “A Chang”, tetapi juga variatif seperti college pop, indie rada jangly seperti “Audrey’s Eyes”.

Dirilis pada tahun 1993, penempatan materi lagu di Copacetic tak bisa ditebak, suatu saat berada di sebuah track lagu yang indie stuff, tiba-tiba di lagu berikutnya yang berasa fuzzy indie psikedelik, dan tiba-tiba muncul lagu up-tempo dan kemudian dreamy. Tetapi ‘kekacauan’ ini justru menjadi artistik dan menarik sekali. Album Copacetic jelas menjadi sebuah debut seru dari Velocity Girl.

Berkat dua singel "Crazy Town" dan "Audrey's Eyes" di album ini, Velocity Girl menjadi salah satu band yang mengangkat image label Sub Pop dari sekadar label band grunge saja. Ketika Copacetic dirilis, penjualannya bahkan yang menjadi yang terbesar kedua dalam sejarah label tersebut, setelah album Bleach-nya Nirvana. Marr

Hints: Nama band ini diambil dari judul lagu Primal Scream berjudul sama, "Velocity Girl".

Rolling Stone (6/10/93, p.71) - 3.5 Stars - Very Good - "...haunting yet hummable noise pop...vocalist Sarah Shannon's willowy soprano dominates COPACETIC's sound..."

Source: Setelah disuruh lihat oleh Mr. Reza Ansel di youtube.com videoklip "Crazy Town". Darn, this band is totally so good! On the next day, i quickly ordered it from eBay, with a cheap price also.


Photobucket

get the link!

buy it!

Boo Radleys - Everything's Alright Forever

Photobucket

First of all, no one will argue how brilliant Alan McGee’s sense of music was, with his label Creation Records. Pria Glaswegian ini diberkahi sebuah intuisi ajaib mana kala ia berhasil merekrut band-band luar biasa di wilayah Britania pada era tahun '90-an di labelnya. Dan Boo Radleys, merupakan salah satu dari many of hidden gems yang berhasil ia temukan dan menjadi salah satu band sophisticated di Inggris.

Berdiri tahun 1988, sebuah masa ketika shoegaze mulai menghantui telinga para remaja di Inggris, Boo Radleys diperkuat Sice (vokal, gitar) Martin Carr (gitar, vokal latar), Timothy Brown (gitar bas), dan Rob Cieka (drum). Mereka termasuk salah satu dari band-band yang menggairahkan kembali esensi noise, reverb dan fuzz menjadi sebuah psychedelic trance pop yang oleh para kritikus musik UK disebut sebagai shoegaze.

Dibuka oleh "Spaniard" dengan alunan trumpet mengugah hati, album kedua mereka bertitel Everything’s Alright Forever, tampak jelas sekali pengaruh dari rekan satu label mereka MBV. Namun mereka berempat dapat menyajikannya dengan cara mereka sendiri, lewat hooks dan riffs yang segar namun tetap terasa gazey, serta materi lagu-lagu with tons of cool as fuck indies-gazeness beats. Tentu dengan senjata utama tetap tsunami pedal fuzz as the main dessert.

Fuzzy guitar driven dari Sice dan Martin Carr menjadi atsmosfir yang pekat dari album ini. Coba dengarkan lagu “Lazy Day”, sebuah materi berdurasi pendek dengan gelombang tsunami fuzz yang dicegat vokal merdu secara mendadak diiringi alunan akustik mencerahkan hati. Belum lagi tekstur hantaman tsunami fuzz yang tertata begitu teratur dan apik di “Smile Fades Fast” dan “Skyscraper”, siap menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya. Vokal halus dan merdu ala choirboy at church dari Sice menjadi senjata rahasia yang menghanyutkan, terutama di lagu jagoan album ini, “Does This Hurt”.

Ketika shoegaze akhirnya tergusur oleh Suede dan Pulp, di album-album selanjutnya, start from album keempat mereka, Wake Up Boo!, Boo Radleys akhirnya harus beradaptasi dengan Britpop, dan berhasil survive dari transformasi musik yang mereka lakukan. Namun album kedua mereka ini bisa disebut sebagai one of most important footprints in ups and downs of shoegaze saga in UK. Begitu berharga dan antik tentunya. Marr


4 Stars - Excellent - ...a dizzy digest of everything cool that can be done with a guitar...should be taken as seriously as recent albums by Ride and My Bloody Valentine...
Q (05/01/1992)


Source: I bought it on eBay with very cheap price! So lucky, ha ha...

Photobucket

get the link!

buy it!

Tuesday, December 9, 2008

The Byrds - Mr Tambourine Man

Photobucket

Album debut luar biasa dari band AS yang membendung gempuran gelombang British Invasion di negeri Paman Sam. Terinspirasi oleh The Beatles, namun band ini justru berhasil menjadi pesaing kuat bagi band Inggris tersebut di tangga lagu populer saat itu. Mr Tambourine Man dirilis pada tahun 1965, menjadi salah satu album debut terbaik sepanjang sejarah, sekaligus sebuah revolusi musikalitas pada era tersebut.

Taking their primary influences from Pete Seeger and Bob Dylan (judul album ini juga berasal dari lagu Bob Dylan), The Byrds memainkan musik jangly folk country rock dengan diselipkan sedikit aroma psikedelik diramu menjadi sesuatu yang segar, jernih, indah, namun terasa druggy. Ironisnya mereka malah membantu Bob Dylan menjadi terkenal dengan membawakan lagunya.

Suara khas gitar elektrik 12 senar Rickenbacker dari Roger McGuinn sangat mewarnai album ini. Dipadu dengan vokal Gene Clark dan David Crosby yang harmonis. Namun sebagian materi di album ini bukanlah karya mereka sendiri, ada tujuh lagu karya orang lain. Contohnya “Mr. Tambourine Man” dan “All I Really Want To Do” dari Bob Dylan, “The Bells of Rhymney” dari Pete Seeger dan “Don’t Doubt Yourself Babe” milik Jackie DeShannon.

Hebatnya, semua lagu tersebut digarap oleh The Byrds dengan sempurna dan menjadi jauh lebih kuat dari segi musikalitas ketimbang versi aslinya. Please, listen to “Mr Tambourine Man” dengan durasi setengah lagu lebih pendek dari versi aslinya, tetapi dua kali lebih indah. Atau "The Bells of Rhimney” yang komposisinya berubah menjadi jangly, psikedelik dan trippy.

Lagu-lagu karya The Byrds di album ini belum terdengar matang, tetapi talenta songwriting dari Gene Clark sudah mulai terlihat di lagu “I’ll Feel a Whole Lot Better” dan “Here Without You”. In the end, some sophisticated bands such as R.E.M, Gin Blossoms, The Rain Parade, The Stone Roses, The La’s, Ride and Big Star, mewarisi jejak indah The Byrds. The Drowner


NME (Magazine) (5/11/96, p.46) - 7 (out of 10) - "...The Byrds...took rock music on an astral flight which everybody from Big Star to REM to John Squire have never come down from. MR. TAMBOURINE MAN...still bears up..."
Source: I forgot...

Photobucket



Friday, December 5, 2008

The Stooges - The Stooges

Photobucket

Sex, drugs and rock 'n’ roll!!! Representasi yang tepat buat the Stooges, band paling berbahaya se-Amerika di era pecahnya Perang Vietnam. Berasal dari sudut kota para working class industri otomotif di Michigan, band ini hadir di akhir tahun 1960-an, ketika seluruh musisi Amerika sedang teler-telernya bermain psikedelik dan acid rock dengan dibensini pengaruh LSD. Empat anak muda yang terdiri atas Iggy Pop alias James Osterberg (vokal), Ron Asheton (gitar), Scott Asheton (drum) dan Dave Alexander (gitar bas) nekat memainkan garage rock 'n’ roll proto punk yang penuh energi, sebuah anomali ketika itu yang justru imbas pengaruhnya sangat kuat hingga detik ini.

Dirilis Elektra Records pada tahun 1969, materi album ini berstruktur simpel dan berdurasi hanya sekitar 33 menit saja. Diproduseri John Cale (eks Velvet Underground), para pendengar album ini akan disodori kocokan gitar, riff dan melodi gitar Ron Asheton yang sangat mentah, liar dan, brutal dibalut efek fuzz dan wah. Belum lagi ditambah cabikan bas Dave yang solid serta gebukan blues ganjil dari Scott namun terdengar konstan.

Vokal Iggy yang terdengar seperti dalam pengaruh kuat heroin tetapi sangat seksi, menjadi signature yang khas dari band ini. The standout tracks from this album tak lain “I Wanna Be Your Dog” penuh nuansa riff sangar, suara tambourine, melodi terdisorientasi, plus lirik jorok yang bakal menancap seumur hidup di setiap kepala. Lagu lainnya, “We Will Fall”, bak tiket perjalanan menuju ruang dimensi psikedelik selama sepuluh menit. Suara handclap pada “No Fun” mengiringi vokal malas Iggy diiringi sentuhan suara fuzz dari gitar Ron yang monoton siap membius otak anda .

Album ini memang gagal di pasaran pada saat itu, namun Elektra tampaknya takkan menyesal telah menemukan keempat pria ini. The Stooges sendiri telah menjadi cetak biru lahirnya genre punk, grunge dan garage revival di kemudian hari. Setelah mengunduh atau membeli album ini di tempat-tempat terasing, disarankan segera menuju minimart terdekat, beli sebotol Heineken dan satu bungkus Gudang Garam, kemudian putar album perdana the Stooges ini dengan volume sekeras-kerasnya. Rasakan. The Drowner

Mojo (Publisher) (7/02, p.162) - "...They gave birth to a high-energy take on 3-chord rock'n'roll that was as heavy as adolescence and primitive enough to be avant garde..."

Source: Totally forget when and where I bought this cd album. Darn. My bad.

Photobucket

get the link!

buy it!

Thursday, December 4, 2008

Dinosaur Jr - Dinosaur

Photobucket

So here's the first album of Dinosaur Jr! Sebuah artifak historis dari katalog band yang digawangi J. Mascis (vokal, gitar), Lou Barlow (gitar bas), dan Murph (drum). Bahkan, album ini sering terlupakan karena banyak yang berpikir album kedua mereka yang fenomenal, You're Living All Over Me, adalah album debut mereka. You'll get a landscape of speedy, fuzzed-out, guitar-driven songs nan agresif yang berbalut distorsi fuzz Electro-Harmonix Big Muff dari Fender Jazzmaster olahan J. Mascis tanpa ampun.

Lahir dari fosil sebuah band '80s hardcore punk di Amherst, Massachussets, bernama Deep Wound, Dinosaur Jr tak ubahnya sebuah evolusi hardcore punk. Di album ini bisa ditemui jejak idealisme mereka bertiga di Deep Wound, namun telah berubah wujud menjadi sesuatu yang jauh berbeda. Bahkan Thurston Moore, ketika melihat show Dinosaur Jr pertama kali di sebuah pub, merasakan betapa mereka memainkan skala kebrisikan yang sama dengan band lainnya, namun dengan cara yang berbeda, orisinal, dan aneh pada saat itu.

Vokal J. Mascis yang khas merdu sengau Neil Young menjadi warna unik. Lagu-lagu agresif seperti "Bulbs of Passion" dan "Mountain Man," atau sedikit lo-fi seperti "Forget the Swan" dan "Quest" patut didengarkan pada volume terbaik! Full of feedback dan lead gitar super keren dari J. Mascis, serta permainan bas Lou (pendiri Sebadoh) di album perdana ini merupakan signature sound Dinosaur Jr yang tak hanya orisinal, tetapi juga menasbihkan band ini sebagai salah satu the godfather of american alternative rock! Marr

Hint: Dinosaur Jr awalnya bernama Dinosaur di album perdana mereka. Namun karena ada tuntutan oleh sebuah band psikedelik yang mengklaim sebagai pemakai pertama nama Dinosaur, maka ditambahkanlah Jr, menjadi Dinosaur Jr oleh J. Mascis cs.
Mojo (Publisher) (p.108) - 3 stars out of 5 - "[T]here are moments where the disparate influences meld into something that's utterly specific to these three people."

Source: I bought it from Aquarius PI about three years ago. Really glad having it!

Photobucket

Wednesday, December 3, 2008

The Sundays - Reading, Writing and Arithmetic

Photobucket

For me, The Sundays was one of a kind band! If you want to hear the heavenly voice, it's Harriet Wheeler, vokalis The Sundays. Suara halus merdu nan angelic Harriet Wheeler ditemani permainan gitar David Gavurin (suaminya kelak) yang harmonis khas pop jangly ala The Smiths dan sentuhan dream pop khas Cocteau Twins. The Sundays pun meraih review baik sekali dari para kritikus musik di negerinya, UK dan juga AS pada awal '90-an. Single pertama album ini "Can't Be Sure" meraih urutan wahid dalam chart John Peel Festive Fifty.

Di album perdana mereka berjudul Reading, Writing and Arithmetic, segalanya terasa begitu indah dan sempurna.Takkan pernah bosan mendengar album ini berulang-ulang. Materi lagunya pun ciamik, tersusun atas hook-hook gitar yang jernih dan layered, serta melodi pop khas Johnny Marr, seperti "Hideous Town" atau "A Certain Someone", menambah kesan yang tak ada habis-habisnya akan band ini. Terutama alunan merdu nada dan vokal Harriet Wheeler di setiap lagu berlirik puitis sekali, you can fall in love with her just by hear her voices, quickly, instantly. So much heaven.

Siapapun yang (pernah) memiliki cd ini atau paling tidak mengenal The Sundays tentu tak bisa lupa dengan single legendaris dari album ini, "Here's Where the Story Ends." And for myself, this album is the most beautiful gem! It has lots of memories and stories personally. Dan siapapun yang mendengarnya akan berkata bahwa album Reading, Writing and Arithmetic adalah salah satu karya debut masterpiece paling sempurna yang pernah ada, jika boleh diklaim begitu. Marr

Q (8/96, p.141) - 4 Stars - Excellent - "...it deserves a frame in the great British gallery of indie classics....gorgeous examples of jangly bedst pop, decorated by Harriet Wheeler's dulcet tones....a sweet, sexy, sticky toffe pudding of a record..."

Source: I had this cd from Taman Puring, circa 2004. Beli sama Mr. Berry, a skatepunk legend di ibukota who used to run a secondhand records kiosk at Taman Puring few years ago, hehehe... :P

Photobucket

get the link!

buy it!


Dandy Warhols - Dandys Rule OK?

Photobucket

Kerap disebut sebagai titisan dari energi pop psikedelik druggy dari the Velvet Underground, warna musik the Dandy Warhols tak hanya sekadar pengidola Lou Reed cs, tetapi juga elemen rock sejenisnya seperti Love dan Ride. Rilis pada tahun 1995, album pertama TDW bertagline, Dandys Rule OK? ini adalah refleksi psikedelik empat youngster dari kota Portland, USA, Courtney Taylor (vokal, gitar), Zia McCabe (kibor), Peter Holmstrom (gitar), dan Eric Hedford (drum).

Di album perdana ini, TDW seharusnya bisa menjanjikan di scene 90's saat itu, dengan meracik shoegaze, britpop, lazy grunge,  dan ber-Velvetis Undergrouniche, dengan sedikit humoris, dalam satu album dengan insert sleeve sedikit ber-rating -R (nude on Zia). Keseluruhan, these album very relaxing tho', lots of energic anthems, 90's alt tunes dan pop bouncy, terutama di lagu "The Dandy Warhol's T.V. Theme Song", tipikal di dua album mereka berikutnya. Layak dinikmati, "Lou Weed," "Ride," dan "The Coffee and Tea Wrecks", semacam ekpresi fun TDW atas band-band idola mereka.

Badly, album ini tidak sukses menggebrak di scene alt ketika itu, a time where Britpop mulai menginvasi dunia, dan khasanah grunge sedang melesatdengan berbagai variasinya. Meski begitu, materi album pertama TDW ini tetap artistik dan very 90's, setidaknya dari usaha mereka agar bisa menerjemahkan idealisme psikedelik pop/rock warisan Lou Reed cs (as their name, taken from the art maestro Andy Warhol, a close friend of the Velvet Underground). Marr

source: my sister bought it from Aquarius PI, 2004, i guess.

Photobucket

get the link!

buy it!


Friday, November 28, 2008

Perkenalkanlah!

So here we are! Segilintir pecinta musik yang memiliki antusiasme tinggi akan estetika musik yang terekam di setiap cd, vinyls dan kaset yang kami beli. sesuai tagline deksripsi judul blog ini, kami ingin berbagi kesan dan makna dari setiap musik yang kami dengarkan kepada siapapun, termasuk anda! berkala setiap bulan, blog ini siap membuai hasrat anda terhadap katalog musik yang kami miliki. our stuff is a real deal, not some shitty piracy! Please, don't hestitate to put your comments and arguments on our blog. Ok, tanpa banyak cingcong, fasten your seatbelt, plug your internet connection, en RASAKAN!!!

ps: starting from December, 8th '08, rilisan koleksi kami siap unjuk gigi!