Wednesday, April 10, 2013

Sembuh di Konser Rumahsakit. Rolling Stones Cafe 6/4/13

Rumahsakit naik ke atas panggung lagi, lagi, dan lagi. Di Rolling Stones Cafe, Andri Lemes dan rekan, menghibur seratusan penonton ragam usia. Nostalgia yang tak pernah putus cerita.

photo: nyunyu.com
Satu hal yang paling saya syukuri dari skena lokal di tahun kemarin adalah reuninya Rumahsakit.  Sebuah album baru, yang mungkin bisa disebut sebagai kompilasi materi lawas mereka, disisipi beberapa lagu baru. Bagi yang tinggal di Jakarta, Rumahsakit ibarat Indie Darling-nya mereka, seperti halnya Pure Saturday bagi urang Bandung. Legendanya skena indies di tanah air.

Band ini berperan besar membesarkan skena indies di era 90an, khususnya masa-masa Cafe Poster. Bagi mereka yang pernah menghadiri setiap acara di Poster bakal mengerti kenapa Rumahsakit menjadi begitu pentingnya dalam lembar sejarah dan hidup orang-orang.


Lagu-lagu Rumahsakit menjadi tembang andalan setiap latihan saat pertama kali ngeband. Gandrung dengan musik Britpop, lalu melihat videoklip Rumahsakit, judulnya Hilang di televisi, dan mendadak pengen jadi anak Indies karena tampak keren dan cool ha ha ha. Selain bawain the Stone Roses, kami bawain Rumahsakit karena lagu-lagunya yang gampang dimainkan secara skill kami yang pas-pasan.

Dan satu malam di RSC, mereka manggung. Akhirnya saya bisa menonton mereka setelah gagal pas launching album terakhir mereka. Eh, sebelum manggung ketemu Andri Lemes di RM Ampera di seberang lokasi acara. Ditemani Acum, mereka ingin isi perut sebelum beraksi.

Obrol sebentar lah kami bertiga seputar pentas manggung terakhir Rumahsakit di Surabaya sampai soal betapa malunya Andri Lemes mengingat videoklip Hilang dimana ia menganggap video yang rada 'norak' pada jamannya. Khususnya saat wajahnya yang harus rela dipermak anak-anak Pestol Aer dan Slammer dengan polesan bedak dan lipstik secara berlebihan. Bagi saya itu video yang gak akan pernah ada lagi di layar kaca. Dan video itu menghilang, tak ada kopinya, Andri berharap bisa mendapatkan lagi video 'malu-maluin' itu.

Lagu Hilang menjadi pamungkas penutup pada saat Rumahsakit memuaskan seratusan orang selama mungkin satu setengah jam. Beberapa trek lagu yang klasik dan jarang-jarang didengarkan secara live seperti 2000 miles, Flow, atau semacam Petir, Kilat, dan Halilintar. Semua bernyanyi bersama, bernostalgia kapan pertama kali berkenalan dengan band jebolan IKJ ini.

Saya sendiri mendadak sembuh! Tujuh tahun silam, kaset saya dipinjam oleh teman bernama Miko, yang katanya mau dipinjam oleh teman saya bernama Lily, musisi Summer in Berlin dan sebagainya. Dan tak pernah kembali. Dua kaset yang saya selalu putar sampai hapal di luar kepala, masih ingat pula kedua kaset saya beli di Blok Mall, di toko kaset Musik +. Saya bahkan tak pernah mendengar lagu2 mereka secara intens lagi. Mungkin sudah gak pernah lagi.

Di atas panggung Andri Lemes menyanyi dengan penuh semangat. Tetap lemas dan grogi, hal yang tak pernah sembuh dari dirinya setiap kali di atas panggung. Nostalgia tak pernah putus ketika Andri juga mengisahkan hal-hal lucu dan seru selama di Rumahsakit. Mulai dari era darkness dengan zat adiktif, tradisi sepulang Poster yang selalu mampir lagi ke Bengkel agar bisa ajojing disko, sampai buka-bukaan para vokalis tamu seperti Acum, Toni, Batman, dan Jimi tentang band ini.

Malam yang keren. Tapi ada satu hal yang paling saya rasakan di malam itu adalah saya teryata masih bisa merapal kembali lirik2 dari lagu-lagu mereka. Memori di otak yang terbenam di laci butut, tiba-tiba aktif kembali. Bangkit dari alam sadar. Saya sampai mengadu kepada kedua teman saya di sana, dan memasang muka bahagia sambil berkata, 'gue sembuh men!'. Dan rasanya betul-betul bahagia sekali.