Tuesday, May 26, 2009

The Sastro - Vol 1

Photobucket

Sebulan yang lalu, sebuah surat elektronik plus attached files berupa .rar mp3 album perdana dari sebuah band ekletik lawas dari IKJ terkirim di email pribadi saya. Lagu-lagu lawas seperti Lari Seratus, Kaktus, Plazamaya, hingga Sejati (total 8 lagu) terangkum di folder, dan band ini termasuk salah satu band indie tanah air yang orisinil dan artistik dalam musik mereka, dan saya suka itu. Seseorang yang tidak mau disebutkan namanya itu sengaja mengirimkan email ini kepada saya agar disandingkan di blog ini, dan why not?

Kenapa? I've got tons of reason, tho most of them was more than my subjective views bcoz i like their music hahaha tapi sejujurnya album perdana mereka berjudul Vol. 1 ini memang turut menjadi salah satu titik balik bangkitnya scene indie di Jakarta. Entah apa saya saja yang menyadarinya, tapi sempat terjadi kekosongan enigma indie paska era Poster di 97-an hingga awal 2000-an, selepas Rumahsakit. Ketika saya pertama kali melihat The Sastro muncul di kampus mereka, salah seorang teman saya menyebut bahwa mereka sebenarnya menyelamatkan jejak ekletik yang dimulai oleh Rumahsakit, dimana sebelumnya sempat tak terlihat lagi dari band-band IKJ saat itu, mungkin sampai saat ini setelah kehadiran The Sastro.

Photobucket

agung the sastro

Berbekal kecerdasan mereka menampilkan aransemen dan lick-lick rumit, The Sastro tak kesulitan menjamah telinga-telinga scenester di Jakarta dan Bandung. Album perdana mereka ini, kalau tak berlebihan, bisa disebut sebagai the best indie album of the year hahaha seriusan, pernahkah membayangkan The Police, Rush, dan The Smiths dalam satu kemasan yang benar-benar serius? di album ini tak bakal ada lick-lick gitar sederhana atau aransemen musik ekletik dengan riff-riff standar. Hasilnya adalah sebuah album ekletik (format kaset) yang smooth, dinamis, dan tidak berlebihan; tak terlihat sok ekletik, namun mereka benar-benar really serious ecletic-ers.

Digawangi Agung (vokalis, gitaris), Ritchie (gitaris), Ari Buy (basis), dan Rege (drum), kuartet satu almamater ini meracik Vol. 1 dalam dimensi yang penuh warna. Suara berat Agung yang tampak sekali diracuni oleh sang idolanya, Morrissey, lick-lick ekletik dari gitar Ritchie, tampak bergumul mesra dengan para personil lainnya di seksi bass dan drum. Tak hanya itu, sampel midi turut menjadi pemanis di beberapa lagu di album perdana mereka. Komposisi lagu yang ciamik dan rapihnya penempatan track-track, serta dari segi mixing yang cukup memuaskan. Beberapa track lawas menjadi anthem seperti Sejati dan Lari Seratus, siap memudahkan nalar untuk mencerna beberapa lagu semi progresif seperti Hantu TV atau Telefiksi.

Photobucket

leave them all behind

Yang mengherankan dari The Sastro adalah ketika mereka sukses merilis album ini, lalu sempat wara-wiri di era kejayaan Pensi di ibukota maupun Bandung, band ini malah seperti menghilang. Dan selama beberapa tahun, selepas era Parc, momen vakum tampaknya menggelayuti band ini secara perlahan-lahan. Tak ada lagu baru, album terbaru, ataupun kabar sekalipun. Terakhir, Ritchie mengabarkan kepada saya bahwa ia sudah mengundurkan diri sejak setahun lalu, dan beralih menjadi additional player band ini di beberapa acara terakhir di IKJ dan Moestopo, dua minggu lalu. Dan penampilan di Moestopo kemarin dipastikan sebagai penampilan terakhirnya bersama The Sastro, well, he told me hahaha :D

Uniknya, Ale' (gitaris White Shoes and the Couple Company) resmi mengisi posisi gitaris yang ditinggalkan Ritchie dan di sebuah acara di Tebet sempat akan tampil perdana bersama The Sastro dalam line up terbaru mereka. Namun konyolnya, mereka harus gagal tampil karena satu dan lain hal dari acara tersebut. Entah apa yang akan terlihat dari band ini, apabila Ale' memutuskan siap full di The Sastro, memberikan kejutan sebuah warna baru ala Ale' dengan album baru ataukah tinggal sebuah band nostalgia semata. Hardly can't wait.

Photobucket

goodbye, the sastro

get the link!

Another Bonus Link!!!

http://www.mediafire.com/file/koagumjxjjz/The Sastro - Lari 100 Ep.zip

http://www.mediafire.com/file/ylzfzjnzydw/THE SASTRO RARE COLLECTION.zip

Photobucket

Saturday, May 9, 2009

The Songs That Inspired Our Life - a Morrissey and The Smiths Night (Short Review from Us!)

Photobucket

Frankly, last friday, betul-betul a confusing day for me. first, paman saya wafat dan saya harus mengawal bersama keluarga untuk prosesi pemakaman almarhum di TPU Joglo. ini belum termasuk letihnya mempersiapkan rumah keluarga besar buat tamu-tamu, dari jam stgh 5 pagi ampe jam 3 sore, termasuk jadi patwal dadakan mobil jenazah. second, di acara ini, The Songs That Inspired Our Life - a Morrissey and The Smiths Night bertempat di Submarine, Permata Hijau, sebelumnya di the Rock Cafe namun batal, saya harus bermain di dua band. third, demi meliput acara ini, saya harus berjuang dengan kondisi badan yang capek, mual letih, hingga beranjak mau masuk angin. 

tapi dengan penuh semangat, saya memastikan diri hadir di lokasi acara. acara pun sempat molor hingga setengah 8, namun tak apalah, saya tidak melewatkan band-band acara berjumlah 9 band. setelah beramah tamah, akhirnya band post rock/blisspop bernama Sarin muncul pertama kali. berbekal keterampilan personilnya dalam ber-effect laden ria, mereka menggubah materi-materi lagu Moz menjadi lagu-lagu yang sangat spacey dan noise. they're getting more good as a noisy band, entah mungkin ketika mereka justru tampil begitu enjoy dan bebas ketika bereksperimentasi dengan Moz?

band berikutnya adalah Planet Bumi, dan saya dengan perut mulai tidak nyaman, tak begitu memperhatikan mereka secara seksama. membawakan lagu-lagu terbaru Moz dari Years of Refusal dan track The Smiths, PB beraksi seperti biasanya, nothing new exactly from them, kecuali tampaknya sang gitaris terdahulu kembali mengisi posisi yang dulu ditinggalkannya. sedikit bertanya-tanya kenapa mereka bermain di urutan kedua, ternyata mereka harus bermain juga di reuni Poster di Prost.

Moz is the Reason hadir di panggung. Obsesi sekelompok anak HC yang mengidolai Moz dan berandai suatu hari bisa manggung dengan membawakan lagu-lagu Moz akhirnya tercapai juga di acara ini, terutama bagi sang vokalis, Aca dari band HC senior di tanah air, Straight Answer. Pria bertato wajah Moz di lengan kirinya ini, bersama para personil lainnya ini berhasil membakar semangat penonton untuk singing along dengan lagu-lagu Moz terkenal seperti Suedehead, You are the One for Me Fatty, hingga Now My Heart is Full. aksi Aca yang komunikatif, dengan sedikit berorasi, serta menjulurkan tangan ala d'Masip, menyegarkan suasana.

band berikutnya pun muncul, tak lain band screamo ibukota Sweet as Revenge. mereka sukses mengagetkan para hadirin yang mulia dengan menyulap lagu-lagu manis Moz seperti Let Me Kiss You hingga the More you Ignore Me menjadi begitu gahar dengan cita rasa masa kini! well done atas surprisenya :D

The Grasmeres muncul di urutan berikutnya, dan mereka tampaknya gemar sekali membawakan lagu-lagu Moz yang unfamilliar, underrated, hingga paling asing di telinga penikmat lagu-lagu Moz kebanyakan. that's how secuil penonton saja yang noddin their heads alias ngerti dengan lagu-lagu yang dibawakan the Grasmeres. sebut saja, misalnya Southpaw dari album Southpaw Grammar, berani bertaruh jarang sekali yang mengenal lagu gaib bikinan Alan Whyte ini dan mendengarnya secara konstan di mp3 playlistnya. sampai-sampai terdengar gumaman, "kok malah jadi shoegaze sih?" :P well dear, lagu ini memang gaib sekali tekstur lagunya. 

kondisi badan semakin tak menentu, saya mencoba bertahan menantikan band berikutnya. Candyfloss hadir di panggung. yeah haha vokalisnya sangat nge-Moz sekali mulai dari pronounciation, body gesture, kecuekannya, baju kerah terbuka hingga jambulnya :P Satan Rejected My Soul hingga Boxers sukses dibawakan mereka dan membuat para hadirin bergoyang dan bersinging along ria. 

Photobucket

the deans on the action!

dan badan saya pun semakin tak keruan dan mulai masuk angin. aksi Candyfloss sebenarnya membuat saya mencoba untuk bertahan, namun badan ini mengalahkan suara hati. padahal band the Deans siap beraksi, sementara saya mengidolai sekali vokalis antik mereka, Dennysey :P tapi apa boleh buat. penampilan Implement Yeah! dengan the First of the Gang to Die, menghantarkan saya untuk beranjak ke lantai basement, membawa keluar motor kantor dari Belleza, dan segera ke tempat tidur. really fucked up, di sebuah malam yang menyenangkan...darn. (flu berat lah saya saat menulis review ini)

ps: big thanks for EC and Futurica, sukses guys!