Sunday, October 23, 2016

Seaside: Ending the Undone

Satu postingan semalam di Instagram milik Seaside menyatakan bahwa band indiepop dreampop asal Jakarta ini bubar. Mewariskan Undone, album yang beautfully gorgeous.





Ketika postingan itu muncul, saya berpikir, wow, band sebagus itu bubar. Band dreampop indiepop lokal yang menurut saya paling memikat dari semua band yang pernah ada. Jika kamu pernah membeli cd album pertama mereka Undone, mungkin saja bisa setuju pendapat saya. Album yang intimate and sensual at the same time.

Dan menyadari bahwa Seaside bubar, jadi berpikir mungkin saya tak akan menemukan lagi band seperti mereka. Album Undone adalah karya yang begitu bagus dari sisi lirik dan musik. Bagi saya Andi Hans dan Stacy (vokalis album Seaside yang juga membuat lirik dan musik) seperti Johnny Marr dan Morrissey, keduanya menghasilkan chemistry yang kuat dan terlihat dari lagu-lagu di album tersebut.

Bahkan ketika Stacy keburu memutuskan mundur menjelang dirilisnya album Undone, saya tetap menyukai band ini. Namun memang menghilangnya Stacy jelas mengurangi warna Seaside yang orisinil. Saya pikir bagi mereka yang pernah menonton Seaside saat masih bernama Carnaby atau Fawnes, tentu bisa memahami maksud saya.

Merilis dan memiliki roster macam Seaside adalah satu momen terbaik bagi kami di Anoa Records. Saya masih ingat bagaimana dahulu kami memilih Seaside sebagai rilisan kedua setelah Barefood. Dahulu sebenarnya kami hendak merilis Whistler Post, band Andi Hans dan istrinya saat itu. Namun karena keburu diambil label lain.

Kemudia Hans mengajak saya dan Andri ke studio Heyfolks dimana band lainnya bernama Seaside sedang rekaman. Ketika Hans memutarkan draft lagu kepada kami di luar studio, hanya cukup 10 detik saja mendengarkan materi, kami berdua langsung 'memaksa' Andi Hans untuk membiarkan kami saja yang merilis album Undone hahaha

Seaside formasi Undone
Dan ketika kami baru menyelesaikan produksi CD dan mulai distribusi di jaringan kami, sebulan kemudian muncul kabar Stacy mundur karena urusan keluarga dan pekerjaan di luar negeri. Terpaksa Tania membantu Seaside dan Cassandra, gitaris Seaside juga menjadi vokalis dadakan.

Beberapa lama kemudian Seaside mulai memasukkan darah baru yang berbakat seperti Trisca dan kemudian Woro. Beberapa materi sudah direkam yang cukup melelahkan untuk album kedua. Beberapa kali manggung, lagu-lagu baru dimainkan dan jujur saja, materi yang bagus dan enak didengar, berbeda dengan warna album Undone, pilihan yang bijak sebenarnya.

Saya tahu cukup banyak yang menantikan album kedua mereka. Termasuk album pertama mereka yang jujur saja sudah tak ada di gudang dan banyak returan CD dan hasil titip jual yang tak lancar dari beberapa tempat.

Tapi pada akhirnya tak semudah yang dibayangkan. Saya pikir motor Seaside tetap pada Andi Hans meski ditinggal Stacy. Dan meski Hans pernah bilang kepada saya kalau dirinya beberapa waktu lalu menjadi personil adisional Seaside (entah becanda atau nggak), saya pikir ketika kehilangan partner bermusik yang sudah satu chemistry seperti Stacy, tentu akan berbeda passionnya.

Entah apa alasan sesungguhnya, tapi bagi saya Seaside jika sudah bubar, ya bubar saja. Bahkan justru lebih baik bubar, karena band yang keren adalah band yang tahu diri jika saatnya berhenti. Sepertinya halnya The Smiths, ketika Johnny Marr yang memulai dan mengakhirinya sendiri dengan cabut dan band itu bubar. Gitu aja.


No comments: