Mendengarkan Artefak
Sejarah
Yang
sekarang anda pegang adalah sebuah artefak sejarah scene indiepop Jakarta.
Sweaters, saat itu bersama Ballads of the Cliché dan Dear Nancy, dengan gagah
berani melakukan perjalanan tur ke Singapura untuk memainkan seri We Are Pop!
yang biasa dipentaskan di Mayestik, Jakarta Selatan di Negeri Singa. Karena
budget yang tipis, perjalanan harus dilalui lewat kota Batam karena biaya
fiskal laut lebih murah ketimbang udara.
Turnya,
karena dijalani bersama teman-teman dekat, tentu saja menyenangkan. Rombongan
lumayan besar dan banyak cerita yang terekam di memori. Mulai dari mabuk mahal,
nyaris dideportasi, cinta lokasi, percikan emosi sesaat, tidur di pagi hari
sampai kehabisan uang karena terlalu sibuk menghamburkannya.
Sweaters |
Kami
mengirimkan pesan yang mungkin laku sepanjang masa; bahwa bermain musik adalah
tentang bersenang-senang dan melewati batasan mimpi dengan
serangkaian kerja keras. Band yang tidak hebat-hebat amat bisa melintas batas
dan mempresentasikan musik mereka di pasar yang benar-benar baru.
Yang
kami lakukan waktu itu adalah antitesa dari kebanggaan band-band besar
Indonesia yang senang bukan main bisa main di luar negeri tapi ditonton oleh
massa arahan persatuan orang Indonesia setempat. Kami tidak melakukan itu. Sweaters,
Ballads of the Cliché dan Dear Nancy memperkenalkan musik yang dimainkan
sehari-hari dengan nuansa senang-senang yang terlalu kental.
Dari
ketiga band itu, album yang anda pegang ini, merupakan hasil rekaman terbaik.
Bukan apa, vokalis dua band lainnya tidak punya kualitas menyanyi sebaik Merdi
Leonardo Simanjuntak. Simpan baik-baik album ini, ada banyak sejarah di
dalamnya; Esther Samboh dan Ichsan Tirtana, dua orang penampil di tiga
pertunjukan The Sweaters di Singapura waktu itu, sudah meninggalkan arena.
Enjoy!
Felix
Dass
(Pada
waktu itu) Co-Creator We Are Pop! dan Manajer Ballads of the Cliché.
No comments:
Post a Comment