photo: fuzztoni |
It takes strength to be gentle and kind, said Morrissey in one of his lyrics, so it kinda suited enough for a band like The Brandals. They've changed into somekind of a different gentle and kind, the coolest as fuck and sexier than any of their previous albums.
Menanggalkan kekasaran maskulinitas proto punk kota Detroit yang telah melekati sosok band kota Jakarta ini bertahun-tahun, dan butuh nyali untuk itu. Sekejap, band yang diawaki Eka (vokal), Tony (gitar), Rully (drumer), dan dua personil baru, Mulyadi (gitar) dan Radhit (basis), memutuskan meracik sebuah album yang tak terbayangkan bakal muncul dari band mereka.
Album bertajuk DGNR8 seperti sebuah album gress dari sebuah band baru. Bagi para loyalis The Brandals, mungkin akan sulit menerima suguhan album ini dari Eka cs yang begitu progresif dan sekali lagi bernyali untuk berkelindan dalam eksplorasi sounds dan konsep. Bahan dasar semacam funk, indie rock, noise pop, dilebur dalam sensasi ruang dan waktu di era 90-an.
Tetapi bagi pendengar baru, khususnya saya (tak terlalu menggemari musik mereka terdahulu), DGNR8 jelas sangat menarik dan keren. Hal pertama yang terlintas dibenak saya ketika mendengar single kedua mereka di internet pra rilis DGNR8, Perak, semacam polesan mosaik dari band-band klasik Creation Records, terutama Primal Scream, Ride, atau semacam album Giant Steps dari the Boo Radleys dari aspek eksplorasi ide. Suara Eka pun lebih kalem laiknya Bobby Gillespie, tak lagi meledak-ledak.
Suguhan ekstra, BRNDLS mulai bersenang dengan sampling, dub, dan loop. Ditangani oleh Alan Moulder-nya negeri ini, Iyub, elemen-elemen tersebut menjadi tampak solid dan menyenangkan untuk didengar. Terpuji bagi Rully yang dahulu terkenal dengan gebukan drum yang bisa membuat memar telinga siapapun, di album ini dia bermain begitu tertata dan artistik. Betul-betul menambah beat groove dari setiap lagu.
Overall, seluruh materi lagu yang berjumlah 10 materi ini mengesankan, termasuk gubahan lirik oleh Eka yang lebih berisi dan tajam, serta terkadang bermetafora. Keberanian mereka layak diberi apreasiasi, berani keluar dari zona aman, dan tetap bercita rasa rock n roll, namun dalam tarekat berbeda. Hate it or leave it, they don't give a fuck!
No comments:
Post a Comment