Saturday, August 14, 2010

A Night with Ian Brown and Kula Shaker

Ian Brown at Jakarta (photo: Mahdesi)
Bagi pecinta Britpop, Ian Brown adalah sebuah legenda hidup. Pria berjuluk The Monkey Man ini mendirikan sebuah band legendaris bernama Stone Roses bersama John Squire (gitaris), disusul masuknya Mani (basis), dan Reni (drumer). Sebuah band yang aksi konser tunggalnya di Spike Island menjadi salah satu legenda acara musik yang tak akan habis-habisnya didiskusikan oleh khalayak umum.

Belum lagi, album-album Stone Roses yang membekas di setiap hati para anak Britpop. Hampir dipastikan setiap anak indies generasi x (sebutan generasi kelahiran 1965-1979)  yang baru pertama kali mengendus Britpop, lebih dulu dihipnotis oleh musik band ini.

Maka, ketka Ian Brown tampil di ibukota Jakarta untuk pertama kalinya sejak Stone Roses berdiri tahun 1984 dan akhirnya bubar pada tahun 1996, tak terkira euforia para anak Britpop dari segala lapisan zaman, mulai dari generasi x hingga y, memenuhi lapangan basket ABC di Senayan. Tua dan muda, terlihat beberapa diantara mereka bernarsis ria dengan sepatu Ian Brown, baju-baju Stone Roses, hingga topi pancing ala Reni.

Perjuangan saya ke acara tersebut tak mudah. Cuaca saat itu memang mendung basah akibat La Nina. Saya  langsung menggeber motor 2 tak dari kantor di Jeruk Purut menerjang tirai hujan yang tak ada habisnya. Sempat mogok beberapa kali, akhirnya sampai juga di lokasi dan langsung menghampiri calo tiket setempat dengan harga lumayan miring.

Acara ini sendiri tak hanya Ian Brown, tetapi juga dibuka oleh Kula Shaker, satu lagi band Britpop terkemuka di era mid 90-an. Selepas digerayangi oleh para sekuriti, masuklah saya di venue bersama beberapa teman. Hujan rintik-rintik, dan penonton yang datang tak begitu banyak, mungkin karena faktor hujan.

Tak lama, sekitar jam setengah 9, acara pun dimulai dengan Kula Shaker. Berbagai lagu lawas seperti Hey Dude, Grateful when You're Dead, Tatva dan Govinda digeber Crispian Mills cs. Karena saya dulu mudengnya hanya di album pertama mereka, so beberapa lagu lainnya sedikit asing di telinga. Namun overall aksi mereka berhasil membakar malam yang berhawa basah dan memori saya.
Crispian Mills and his Kula Shaker. (Photo: Mahdesi)

Akhirnya, selepas Kula Shaker, dengan jeda 15 menit lebih, hadirlah Ian Brown dengan bandnya. Histeria melanda semua orang, termasuk saya, berteriak-teriak nama Ian Brown. Betul-betul gaduh hati ini ketika bisa melihat  Ian Brown dengan kedua mata sendiri. Semacam rindu yang terpendam dan akhirnya terpenuhi.

Lagu pertama langsung dibuka dengan I Wanna be Adored. Bisa ditebak bagaimana riuhnya sekitar 2000an penonton ketika lagu itu ditampilkan. Hampir semua orang menyanyikan bersama lirik lagu lawas Stone Roses ini dari pertama hingga selesai.

Selepas lagu ini, Ian Brown langsung menampilkan berbagai lagu solonya seperti F.E.A.R, Stelify, Sister Rose, dan lainnya. Gaya khasnya saat menyanyi tak berubah, yakni tampak cool dan pede. Pakaiannya pun bikin riuh ketika memamerkan kaos Working Class Hero, dan juga baju timnas Palestina.
the legendary monkey man (Photo: Mahdesi)

Waktu beranjak melewati jam 1 pagi, setelah lebih dari sepuluhan lagu solonya, akhirnya lagu penutup Fool's Gold, mengakhiri acara. Para penonton pun tampak menggila luar biasa, ketika salah satu lagu lawas Stone Roses ini dihadirkan Ian Brown dan bandnya. Semua orang berdansa dan bergoyang, menirukan jogetan 27 ribu anak-anak muda di Spike Island pada 27 Mei 1990, sambil bernostalgia bagaimana Ian Brown dan Stone Roses telah menyapih selera musik mereka sampai saat ini.

Euforia kecil, nikmati dua video keren dari Stone Roses era terawal dengan I Wanna Be Adored (versi awal) dan Kula Shaker dengan Tatva. Marr

No comments: