Sudah jilid ketiga, acara musik yang dibuat oleh para personil band Morfem ini tetap bersemangat menghantarkan band-band 'aneh' yang mulai bermunculan. Kesegaran tanpa putus.
Satu hal penting jika anda menonton Thursday Noise dari Jilid 1, 2, dan besok, 3, kita akan menyaksikkan band-band yang obscured dan hanya bergentayangan di belantara maya.
Ketika acara musik indie tak bertenaga dan panitia kerepotan mencari lokasi, band Morfem dengan jaringan perkenalannya dengan Borneo membuat sebuah acara yang tepat untuk band-band 'aneh' untuk unjuk gigi.
Maka ketika sudah jilid ketiga, akan sangat penting buat kamu-kamu sekalian untuk hadir di acara ini. Kenapa, karena menurut saya, hanya Thursday Noise yang membuka diri untuk band-band 'aneh' ini.
Dan jangan meremehkan band-band 'aneh' ini karena Morfem punya selera yang baik untuk mengurasi band-band yang tepat ditampilkan. Perlahan acara ini bisa saja membuat skena-nya sendiri.
Tapi buat apa itu dipusingkan, datang, nonton, dan dengarkan sendiri. Menurut saya mereka don't give a fuck kalau ada yang mo datang atau tidak. Kalau benci, tak usah datang lagi. Kalau saya selalu datang.
Tuesday, February 4, 2014
Thursday, January 16, 2014
Guttersnipe x Intenna (SPLIT)
Rilisan split kaset yang terbilang ajib. Berisi empat lagu dari dua band yang tinggal di Malang, Jawa Timur. Riak-riang kecil di kota Malang siap menjadi tsunami yang bising dan menawan.
Jarang banget saya kepincut pada satu suguhan musik keren, lalu langsung menulis di blog ini. Seperti orang yang gak sabaran harus menjadi penulis review pertamanya. Terakhir, rekaman Somnyfera itu.
Tapi untuk yang satu ini cukup aneh juga. Gegara ada yang posting link di blog Indonesianshoegazer.blogspot.com, kaset split dengan link streaming lagunya. Keren banget, sampai saya langsung DM yg punya link, pesen satu. Terus mesen kaos salah satunya band juga di Twitter. Split kasetnya juga dari kota Malang, kota kelahiran saya!
Jadi, sementara kasetnya juga belum ada, saya bikin deh reviewnya sembari mendengarkan streaming dari label For The Records yang merilis kaset split ini. Bandnya, Guttersnipe dengan lagu Ilustrasi dan Unsaved; lalu Intenna dengan Thirst dan Flowery. Hasilnya, kaset yang keren banget, dimana Guttersnipe mewakili noise pop/bliss/space rock dan Intenna menghantarkan dreampop shoegazing yang serupa gubahan Guthrie dan Halstead.
Kota Malang ternyata menyimpan dua band yang patut dicermati. Entah sudah berapa tahun saya tak pernah lagi ke sana, cuma sekali sejak lahir, itupun pas kuliah. Kota Apel ini dihuni oleh sekelompok anak-anak muda yang punya selera musik yang selaras kerennya dengan band-band mereka.
Mereka mungkin akan sulit ditonton oleh dua kota besar kayak Bandung dan Jakarta, karena Jarak. Meski Bladhaus Tour tahun lalu harus mengikut sertakan dua band ini di tour tahun 2014 ini. Itu kalau akan dilakukan lagi.
Jadi, bersegeralah memesan kaset ini. Mereka layak diapresiasi atas musik apik dari kota di timur pulau Jawa ini yang terkadang terlalu Jakarta/Bandung-sentris ini. Rilisan kaset pembuka tahun 2014 yang bagus. Well done!
Link Bandcamp Guttersnipe x Intenna
Jarang banget saya kepincut pada satu suguhan musik keren, lalu langsung menulis di blog ini. Seperti orang yang gak sabaran harus menjadi penulis review pertamanya. Terakhir, rekaman Somnyfera itu.
Tapi untuk yang satu ini cukup aneh juga. Gegara ada yang posting link di blog Indonesianshoegazer.blogspot.com, kaset split dengan link streaming lagunya. Keren banget, sampai saya langsung DM yg punya link, pesen satu. Terus mesen kaos salah satunya band juga di Twitter. Split kasetnya juga dari kota Malang, kota kelahiran saya!
Jadi, sementara kasetnya juga belum ada, saya bikin deh reviewnya sembari mendengarkan streaming dari label For The Records yang merilis kaset split ini. Bandnya, Guttersnipe dengan lagu Ilustrasi dan Unsaved; lalu Intenna dengan Thirst dan Flowery. Hasilnya, kaset yang keren banget, dimana Guttersnipe mewakili noise pop/bliss/space rock dan Intenna menghantarkan dreampop shoegazing yang serupa gubahan Guthrie dan Halstead.
Kota Malang ternyata menyimpan dua band yang patut dicermati. Entah sudah berapa tahun saya tak pernah lagi ke sana, cuma sekali sejak lahir, itupun pas kuliah. Kota Apel ini dihuni oleh sekelompok anak-anak muda yang punya selera musik yang selaras kerennya dengan band-band mereka.
![]() |
Intenna |
Jadi, bersegeralah memesan kaset ini. Mereka layak diapresiasi atas musik apik dari kota di timur pulau Jawa ini yang terkadang terlalu Jakarta/Bandung-sentris ini. Rilisan kaset pembuka tahun 2014 yang bagus. Well done!
Link Bandcamp Guttersnipe x Intenna
Saturday, January 4, 2014
Teenage Death Star - Early Years 88-91
Band ugal-ugalan yang melegenda dari ibukota yang lebih jahat dari ibu tiri hingga kota kembang geulis pematah hati, merilis sebuah kaset. Kasetnya sudah dirilis, dan masih penuh godaan buruk jauh dari norma susila..
Semua orang tahu kisah band ini di era awal 2000-an ketika di atas panggung, saat era BBs Cafe dan lainnya, bagaimana para personilnya memberikan pengayaan kepada audiens bagaimana bersikap di atas panggung. Termasuk ketika proses merekam album pertama Longway to Heaven, sungguh kabar rumor mistis, eksotis, dan adiktif di dalam studio musik bergentayangan dari mulut ke mulut para scenester dan hipster yang penuh gaya dan aksi.
Jadi ketika saya dapat selentingan TDS merilis satu kaset, dan mendapat penampakan cover pertamanya, dimana sepasang kekasih memadu kasih di tengan alam savanna dengan posisi hewani, maka penantian yang sebenarnya tidak dinantikan juga itu hadir. Kabarnya akan dirilis dengan kemasan kaset berbeda dengan bantuan Lian di Jalan Surabaya.
Dan akhirnya kasetnya pun ada di tangan saya. Meski cover aslinya gagal lolos sensor dari Departemen Penerangan era Harmoko, dan ketika saya minta versi aslinya, gitaris TDS minta uang ganti sebesar 30 juta rupiah. Sungguh amoral!
Apapun itu, album ini bertitel Early Years 88-91, yang artinya sejak mereka masih SMP, para TDS sudah merekam materi yang berlimpah dan destruktif. Lihat saja judul-judul lagunya yang.... sangat-sangat filosofis dan eksistensial. Entah berapa nilai rapor mereka di mata pelajaran Agama dan PMP, sekarang dikenal PPKN, kalau pas kuliah Kewiraan. Gitaris TDS bilang ke saya kalau rekaman ini adalah sekumpulan anak muda yang sedang merekam sebuah lagu-lagu di halaman belakang di era 80an. Mereka adalah sekumpulan anak muda kaya akan referensi dan narkoba.
Maka jika kamu dengar kaset ini, memang betul adanya. Satu kata, TDS mulai main-main dengan psikedelika. Mulai meresapi alam benak Anton Newcombe ketika membuat lagu. Mulai menyelami nihilistik Sonic Boom. Tetap ugal-ugalan seperti yang diajarkan Iggy Pop dan Ron Asheton. Dan di setiap lagu, diselipkan lagu tua daerah dan potongan cuplikan dialog film tua yang satir dan ironi tentang dekadensi moral remaja.
Masalahnya apakah kamu mau percaya isi dari kaset ini, baik yang tertulis ataupun yang terekam. Itu resiko masing-masing pembelinya. Saya hampir pasti sangat penasaran bagaimana TDS bisa membawakan lagu-lagu ini di atas panggung. Khususnya lagu dengan lirik tentang pentingnya kamus bahasa inggris-indonesia, adalah penantian saya.
Awalnya saya mau review album ini blak-blakan dari sisi apapun, dengan menggunakan berbagai macam pisau bedah analisis yang saya punyai, tetapi saya malas. Karena ada suara maung di akhir rekaman kaset ini. Album ini dari tahun 88-91. Percayai saja. Jangan beli. Pinjam saja.
![]() |
edit. - "kok gak bisa diputer yah di blog hahahaha :))" |
Jadi ketika saya dapat selentingan TDS merilis satu kaset, dan mendapat penampakan cover pertamanya, dimana sepasang kekasih memadu kasih di tengan alam savanna dengan posisi hewani, maka penantian yang sebenarnya tidak dinantikan juga itu hadir. Kabarnya akan dirilis dengan kemasan kaset berbeda dengan bantuan Lian di Jalan Surabaya.
Dan akhirnya kasetnya pun ada di tangan saya. Meski cover aslinya gagal lolos sensor dari Departemen Penerangan era Harmoko, dan ketika saya minta versi aslinya, gitaris TDS minta uang ganti sebesar 30 juta rupiah. Sungguh amoral!
Apapun itu, album ini bertitel Early Years 88-91, yang artinya sejak mereka masih SMP, para TDS sudah merekam materi yang berlimpah dan destruktif. Lihat saja judul-judul lagunya yang.... sangat-sangat filosofis dan eksistensial. Entah berapa nilai rapor mereka di mata pelajaran Agama dan PMP, sekarang dikenal PPKN, kalau pas kuliah Kewiraan. Gitaris TDS bilang ke saya kalau rekaman ini adalah sekumpulan anak muda yang sedang merekam sebuah lagu-lagu di halaman belakang di era 80an. Mereka adalah sekumpulan anak muda kaya akan referensi dan narkoba.
Maka jika kamu dengar kaset ini, memang betul adanya. Satu kata, TDS mulai main-main dengan psikedelika. Mulai meresapi alam benak Anton Newcombe ketika membuat lagu. Mulai menyelami nihilistik Sonic Boom. Tetap ugal-ugalan seperti yang diajarkan Iggy Pop dan Ron Asheton. Dan di setiap lagu, diselipkan lagu tua daerah dan potongan cuplikan dialog film tua yang satir dan ironi tentang dekadensi moral remaja.
Masalahnya apakah kamu mau percaya isi dari kaset ini, baik yang tertulis ataupun yang terekam. Itu resiko masing-masing pembelinya. Saya hampir pasti sangat penasaran bagaimana TDS bisa membawakan lagu-lagu ini di atas panggung. Khususnya lagu dengan lirik tentang pentingnya kamus bahasa inggris-indonesia, adalah penantian saya.
Awalnya saya mau review album ini blak-blakan dari sisi apapun, dengan menggunakan berbagai macam pisau bedah analisis yang saya punyai, tetapi saya malas. Karena ada suara maung di akhir rekaman kaset ini. Album ini dari tahun 88-91. Percayai saja. Jangan beli. Pinjam saja.
Wednesday, January 1, 2014
Somnyfera – Paralyensomnyvm!!XX
Wastedrockers merilis album perdana dari band aneh tapi
keren dari Kota Kembang. Bertitel ‘Paralyensomnyvm!!XX’ , weird as fuck, but in a coolest way.
Somnyfera betul-betul
bikin saya terpana sejak CD EP Somnyfera bertitel Toylets Alyens yang pernah diberikan Dede ketika menghelatkan
sebuah acara di kafe Jalan Jaksa dimana Somnyfera dan band saya bermain. Selang dua tahun kemudian, album perdana mereka hadir danbikin saya kagum, ada band seperti ini di
kota Bandung. Damn!
Total ada sebelas lagu terangkum di album ini. Dibuka dengan
hempasan noise feedback distorsi kotor dekil judulnya Dzat Gelap. Itu saja sudah
aneh, ditambah ilustrasi perempuan alien di album, lalu penamaan personil yang khas dan tampak datang dari konstelasi galaksi
berbeda, seperti Dykagalaktyka (vokal, gitar), Rezabymasakty (drum),
Volchandromeda (bas) dan Sayturnus (gitar).
Liar dan tak terduga. Lagu kedua, openingnya saja seperti lagu Metallica (lupa judulnya hahaha) namun musiknya begitu space rock dan alternative. Lick-lick gitar di album ini bener-bener aneh dan keren. Entah mungkin istilahnya kayak math-rock? Ah, just give a fuck with the term hahaha Mereka main bebas banget. Lagu favorit saya, ‘Benci Rasa Stroberi’; - dudes, that’s my fave fruit, cmon!:))
Dua lagu lainnya, di bagian akhir album ini, ada lagu 'Antaryxavaty', sebuah track reverse dari sebuah lagu, seperti yang dilakukan
The Stone Roses di lagu ‘Elephant Stone’. Lalu ‘Petani Luar Angkasa’ yg merekam derik pistol mainan dengan suara besi yang dimainkan terus menerus, tentu kalian paham maksud saya pistolnya seperti apa. Trippy as fuck!
Somnyfera di album ini saya seperti menemukan rupa band-band
macam Smashing Pumpkins, Metallica, The Pixies, Nirvana, My Vitriol, dan
sebagainya. Cuma musik Somnyfera seperti medan keributan masal dari band-band
tersebut. Mungkin akan lebih baik anda beli album yang hanya
dirilis terbatas dan numbered.
Sungguh aneh Bandung punya band seperti ini. Dan anehnya lagi Somnyfera justru bak berada dibawah radar, tak terendus,
namun laten keberadaannya. Tapi itu keajaiban Somnyfera, seperti betapa ajaibnya si
basis ketika saya pertama kali nonton mereka, memakai bas warna pink berbentuk wajah Hello Kitty.. Cool as Fuck!!
Whistler Post – S/T
Akhirnya band asal
Jakarta ini merilis sesuatu sejak kejayaan era Myspace. Album perdana band seminal
shoegaze yang menyenangkan dan alt-ish.
Whistler Post - S/T |
Album perdana Whistler Post, bagi saya adalah penantian
begitu lama. Masih teringat jaman era Myspace, dan menemukan laman page band
ini. Langsung saya jatuh hati karena musik mereka mengingatkan kepada band-band
era 90an, seperti Drop Nineteens, Ivy, Velocity Girl dan tentu saja Lush. Masih
ingat dulu pernah pengen ajak band ini ikut acara Tribute to 90s Shoegaze
bawain Lush, namun malah ragu-ragu gitu mereka diajakin hahaha :P
Tapi sudahlah, akhirnya hadir juga album Whistler Post yang
menurut saya, sangat apik dan menyenangkan! Pasutri yang aktif di skena lokal,
Andi Hans (Seaside, Pandai Besi, Cmon Lennon, etc) dan Tania (Clover), mereka
menjadi songwriters dari album ini, chemistry mereka sudah terlihat sekali,
bahkan saat masih fase ‘berpacaran’. Suara tipis dan khas Tania, dan kepiawaian
Hans meracik tekstur musik di setiap lagu, sudah jadi jaminan mutu.
Lagu pembuka, Better Days langsung menyapa dengan kesan yang
hangat. Denting piano pun menyelimuti lagu teduh seperti Like A Star. Lagu Till
The End, begitu memikat dengan beat dan petikan gitar Hans yang simple dan enak
di telinga. Saya berpikir album ini jika saya sempat bilang album Seaside ‘Undone’
bisa disejajarkan dengan Themilo ‘Let Me Begin’, album Whistler Post mungkin
bisa disandingkan dengan album Cherry Bombshell ‘Waktu Hijau Dulu’. Itu
pendapat saya.
![]() |
Whistler Post |
Keseluruhan album yang dirilis DFA Records ini adalah album
yang memikat dan bersyukur saya sudah membelinya dua kali. Sungguh jarang lagi
bisa menemukan band-band dengan sounds dan musik seperti Whistler Post ditengah
selera skena lokal yang lagi asyik masyuk dengan delay dan ambient melangit
meruang. Album ini segar!
Sunday, December 15, 2013
Seaside - Undone
Seaside yang hampir terkubur oleh waktu, merilis sebuah album dreampop shoegazing yang begitu intim dan manis. Memikat dan sensual.
Ketika lirik berkelindan dengan tekstur musik, sebuah lagu bisa memberikan impresi yang personal bagi pendengarnya. Hal ini tentu bukan soal mudah dan butuh pertalian kimiawi antara si pembuat lirik dan musiknya. Seperti Morrissey dan Marr, Squire dan Brown, atau Guthrie dan Fraser.
Ketika mendengar materi album Seaside, bertitel Undone, saya melihat betapa urusan meramu musik dan lirik terangkai indah oleh band ini. Kepiawaian Andi Hans dalam meracik kontur musik Seaside dan Stacy dengan lirik puitis berbahasa Inggris yang intimate and passionate. Dengar saja lagu-lagu seperti Blue Star dimana Stacy seperti bermonolog lalu berdialog dengan intim bersama Hans bersama tekstur musik lagu yang temaram.
Jujur, saya betul-betul jatuh hati dengan band ini. Dan akan banyak puja-puji yang akan terlontar dan mungkin akan membuat orang senewen dan jengah. Sebelas materi album Undone begitu tight dan tertata dengan rapi. Hans dengan pengalaman sederetan resume terlibat banyak band, membuktikan betapa bagusnya gitaris satu anak ini. Racikan layer per layer, isian dan lick-lick dari gitarnya tampak sempurna.
Sebut saja single utama Seaside, Giggle and Blush yang manis dengan lirik yang oleh si sutradara videoklip lagu ini dianggap menyimpan kesan sensual. Lagu Undone, adalah materi dimana saya bisa menemukan kesan kentara dari band-band dari gitaris seperti Robin Guthrie, Neil Halstead, dan Kevin Shields. Plus vokal tipis dan lirik Stacy dari setiap lagu, bagi saya, seorang pelirik lagu yang baik.
Peran para personilnya tentu tak bisa dilupakan, seperti Cassandra (gitar), Adi (bas) dan Aan (drum). Untuk sebuah band yang hampir bubar dan akhirnya bisa hidup lagi gegara Hans dan Stacy tak sengaja bertemu di sebuah mall dan sama-sama mengingatkan bahwa mereka punya urusan yang belum selesai dengan band yang dahulu dikenal dengan nama Carnaby atau Fawnes.
Sampai lagu terakhir, saya tak menemukan ada materi lagu yang lemah. Penataan urutan lagu-lagu sesuai mood terjaga dengan baik, plus ada beberapa lagu yang menyambung dengan lagu lainnya, menarik sekali. Album ini bagi saya adalah album dreampop shoegazing yang penting dan patut didengarkan.
I have to say, album Undone seperti halnya album Let Me Begin-nya Themilo. Dan band ini (mungkin akan banyak yang tak setuju, tapi ini pendapat saya), adalah proyek band terbaik yang pernah dilakoni Andi Hans. Too many words for an album like Undone, good heaven, those intimates and sweetness in all songs. I adore them!
--------------------------
The album can be bought online via www.gogs-store.com and www.anoarecs.com
IDR50.000,-
Ketika lirik berkelindan dengan tekstur musik, sebuah lagu bisa memberikan impresi yang personal bagi pendengarnya. Hal ini tentu bukan soal mudah dan butuh pertalian kimiawi antara si pembuat lirik dan musiknya. Seperti Morrissey dan Marr, Squire dan Brown, atau Guthrie dan Fraser.
Ketika mendengar materi album Seaside, bertitel Undone, saya melihat betapa urusan meramu musik dan lirik terangkai indah oleh band ini. Kepiawaian Andi Hans dalam meracik kontur musik Seaside dan Stacy dengan lirik puitis berbahasa Inggris yang intimate and passionate. Dengar saja lagu-lagu seperti Blue Star dimana Stacy seperti bermonolog lalu berdialog dengan intim bersama Hans bersama tekstur musik lagu yang temaram.
![]() |
Seaside - Undone |
Jujur, saya betul-betul jatuh hati dengan band ini. Dan akan banyak puja-puji yang akan terlontar dan mungkin akan membuat orang senewen dan jengah. Sebelas materi album Undone begitu tight dan tertata dengan rapi. Hans dengan pengalaman sederetan resume terlibat banyak band, membuktikan betapa bagusnya gitaris satu anak ini. Racikan layer per layer, isian dan lick-lick dari gitarnya tampak sempurna.
Sebut saja single utama Seaside, Giggle and Blush yang manis dengan lirik yang oleh si sutradara videoklip lagu ini dianggap menyimpan kesan sensual. Lagu Undone, adalah materi dimana saya bisa menemukan kesan kentara dari band-band dari gitaris seperti Robin Guthrie, Neil Halstead, dan Kevin Shields. Plus vokal tipis dan lirik Stacy dari setiap lagu, bagi saya, seorang pelirik lagu yang baik.
![]() |
Seaside: Cassandra, Stacy, Adi, Hans, Aan |
Peran para personilnya tentu tak bisa dilupakan, seperti Cassandra (gitar), Adi (bas) dan Aan (drum). Untuk sebuah band yang hampir bubar dan akhirnya bisa hidup lagi gegara Hans dan Stacy tak sengaja bertemu di sebuah mall dan sama-sama mengingatkan bahwa mereka punya urusan yang belum selesai dengan band yang dahulu dikenal dengan nama Carnaby atau Fawnes.
Sampai lagu terakhir, saya tak menemukan ada materi lagu yang lemah. Penataan urutan lagu-lagu sesuai mood terjaga dengan baik, plus ada beberapa lagu yang menyambung dengan lagu lainnya, menarik sekali. Album ini bagi saya adalah album dreampop shoegazing yang penting dan patut didengarkan.
I have to say, album Undone seperti halnya album Let Me Begin-nya Themilo. Dan band ini (mungkin akan banyak yang tak setuju, tapi ini pendapat saya), adalah proyek band terbaik yang pernah dilakoni Andi Hans. Too many words for an album like Undone, good heaven, those intimates and sweetness in all songs. I adore them!
--------------------------
The album can be bought online via www.gogs-store.com and www.anoarecs.com
IDR50.000,-
Monday, November 4, 2013
Bank Sober #2
Satu lagi acara menarik dan layak untuk disaksikan. Jujur saya belum mengenal band-band diatas selain Damascus, Barefood, dan Humsikk. Mungkin akan menjadi saat yang tepat untuk berkenalan dengan musik-musik yang disajikan. Kabarnya band dari Singapura ini berangkat dari genre post rock. Bagus lah, secara ketiga band saya sebutkan tadi bisa menyuguhkan keriuhan plus vokal yang bikin acara ini lebih semarak dan tidak monoton. By the way, Gratis!
Friday, October 18, 2013
Primitif Gig #2
Dihadirkan PrimitifZine, acara yang patut dicermati karena menampilkan band-band seperti The Kuda, Scaller, Vlaar, Cathuspatha, hingga Damascus. Band terakhir ini adalah band saya yang sudah kelamaan nggak pernah manggung, sampai akhirnya ada yang mengundang kami. Curhat saya jadinya.. :)) Acara ini bisa menjadi momen relaksasi di akhir pekan yang mujarab sebelum hari Senin.
-------------------------------------
Thursday Noise!
Thursday Noise. Disiasati oleh komplotan Morfem dan rekan sejawat, menghadirkan band-band keren seperti Morfem, Vague, Skandal dan Mellonyellow, dan akan berlangsung di Borneo, Jeruk Purut, 31 Oktober 2013. Sungguh acara yang patut disimak dan pastikan selera musik anda belumlah aus dan banal akibat kebanyakan menonton Yuk Keep Smile.
---------------------------
Wednesday, October 9, 2013
Barefood - Sullen (EP)
Rilisan perdana label Anoa Records tak lain Sullen, sebuah EP dari unit indie rock Ibukota, Barefood. Kehadiran menarik akan keriuhan revival alt 90's di skena lokal.
Kadang saya berpikir akankah gempita era 90an bisa terulang lagi. Keriuhan gerombolan band-band anak muda di Inggris dan AS yang begitu mengguncang secara budaya dan sosial. Ketika musik tampak begitu menarik, apa adanya, dan spontan; termasuk ketika MTV menjadi corong alternative dengan program MTV120 Minutes atau Alternative Nations.
Ya ya, saya lagi-lagi berceloteh nostalgia yang tak ada habisnya. Masa lalu itu nggak akan terjadi lagi. Titik.
Setidaknya fragmen masa lalu masih hadir, dan kini bisa terlihat dari EP Barefood bertitel Sullen. Dirilis oleh label kecil Anoa Records, Barefood mewakili revival di era 90an yang juga muncul di band-band luar macam Yuck atau Tripwires. Didirikan DItto (gitar) dan Mamat (basis), musiknya riuh berisik fuzz dengan nada alt pop.
EP Sullen bermaterikan lima lagu yang menurut saya mengesankan. Materinya terasa tight dan catchy. Simak lagu Perfect Colour yang menjadi single utama mereka, atau lagu berjudul Sullen yang saya rasa menjadi trek paling favorit.
Barefood tampil di skena indie lokal Jakarta dengan musik yang bisa dibilang cukup berbeda dari band lainnya. Laiknya band alternatif 90an dengan lirik yang lugas apa adanya, tanpa bermetafora, mengingatkan band-band lawas representasi generasi ‘X’ di era 90an, seperti Teenage Fanclub, The Posies, Lemonheads, ataupun Dinosaur Jr.
Barefood bermain musik untuk bersenang-senang, tanpa tendensi menjiplak segala hal soal 90s di album ini. Bagi saya, mereka tahu musik apa yang mereka mainkan. Dan Barefood bisa menjadi letupan menarik di skena lokal kita. Yuk, dinikmati saja.
----------------------
CD Sullen sudah tersedia di Monka, Coffewar, dan Kineruku (bdg)
atau pemesanan online di www.anoarecs.com - IDR35.000
Teaser lagu Perfect Colour, bisa didengarkan via www.anoarecs.com
![]() |
Barefood - Sullen (EP) |
Kadang saya berpikir akankah gempita era 90an bisa terulang lagi. Keriuhan gerombolan band-band anak muda di Inggris dan AS yang begitu mengguncang secara budaya dan sosial. Ketika musik tampak begitu menarik, apa adanya, dan spontan; termasuk ketika MTV menjadi corong alternative dengan program MTV120 Minutes atau Alternative Nations.
Ya ya, saya lagi-lagi berceloteh nostalgia yang tak ada habisnya. Masa lalu itu nggak akan terjadi lagi. Titik.
Setidaknya fragmen masa lalu masih hadir, dan kini bisa terlihat dari EP Barefood bertitel Sullen. Dirilis oleh label kecil Anoa Records, Barefood mewakili revival di era 90an yang juga muncul di band-band luar macam Yuck atau Tripwires. Didirikan DItto (gitar) dan Mamat (basis), musiknya riuh berisik fuzz dengan nada alt pop.
EP Sullen bermaterikan lima lagu yang menurut saya mengesankan. Materinya terasa tight dan catchy. Simak lagu Perfect Colour yang menjadi single utama mereka, atau lagu berjudul Sullen yang saya rasa menjadi trek paling favorit.
Barefood tampil di skena indie lokal Jakarta dengan musik yang bisa dibilang cukup berbeda dari band lainnya. Laiknya band alternatif 90an dengan lirik yang lugas apa adanya, tanpa bermetafora, mengingatkan band-band lawas representasi generasi ‘X’ di era 90an, seperti Teenage Fanclub, The Posies, Lemonheads, ataupun Dinosaur Jr.
Skena lokal kita pernah memiliki band, yaitu Netral, ketika
masih begitu kerennya di ketiga album pertama mereka sebelum akhirnya beralih
ke punk pop. Rasanya kita lagi mengalami kekosongan akan band-band slacker indie rock
alternatif semacam itu. EP Sullen ini bukan berarti bisa sekelas Netral, namun bagi saya pribadi rilisan ini bisa menjadi pengisi yang menyenangkan.
![]() |
Ditto, Bowo (adisional), dan Mamat |
Barefood bermain musik untuk bersenang-senang, tanpa tendensi menjiplak segala hal soal 90s di album ini. Bagi saya, mereka tahu musik apa yang mereka mainkan. Dan Barefood bisa menjadi letupan menarik di skena lokal kita. Yuk, dinikmati saja.
----------------------
CD Sullen sudah tersedia di Monka, Coffewar, dan Kineruku (bdg)
atau pemesanan online di www.anoarecs.com - IDR35.000
Teaser lagu Perfect Colour, bisa didengarkan via www.anoarecs.com
Saturday, August 17, 2013
Apa Kabarnya Blog Ini, Postingannya, dan Orang-Orangnya? Hello?
Okay, sebelum berbagi cerita dan kisah, saya pikir akan lebih keren jika ada gambar penghias postingan ini. Ketemulah, foto tua seorang pria memutar plat hitam ukuran tujuh inci di kamar tidurnya. Apakah gambar ini turut merepresentasikan situasi dan kondisi sang penulis sehari-hari? Please...
Ah ya, entah kenapa saya tiba-tiba ingin nulis tentang kabar blog ini, setelah tak lagi serajin dulu menuliskan artikel atau memosting review dari cd koleksi yang kemudian disisipi link unduh berkualitas 128kb kepada teman-teman semua. Lama juga saya pikir.
Kesibukan kerja kantoran dan juga ada blog Indonesiashoegazer.blogspot.com yang diurus bersamaan bisa jadi alasan. Lalu laptop yang biasa dipakai untuk rip mp3 sedang dalam keadaan koma akibat kebodohan saya menyenggol segelas air putih sehingga membasahi kibor laptop. Just great...
Padahal masih banyak cd-cd koleksi yang rasanya patut sekali dishare, band-band yang obscured tapi punya kelas dan bagus. Hanya saja, sejak saya ditinggal sendirian oleh dua teman yang biasa mengisi blog ini, si The Drowners dan si Clockenders, cukup bikin pusing dan malas juga. Sempat ada postingan dari penulis tamu, Aat Easybeats75, setelah itu tak ada lagi. Ada yang sudah diajak dan mau, eh, hanya janji belaka.
Kini, saya mulai disibukkan ngurusin sebuah label kecil bernama Anoa Records, keroyokan bareng dua teman, Andri Rahadi dan Ritchie Ned Hansel. Bulan September, diharapkan bisa merilis album perdana Seaside dan EP dari Barefood. Jika ingin dengar teaser dari musik mereka, bisa melalui via situs soundcloud.com/anoarecords.
Jadi apa yang akan terjadi kedepan? Yang pasti artikel-artikel tentang musik lokal dan luar akan tetap hadir, dan postingan review album dari koleksi plus link mp3nya tampaknya harus menunggu laptop bisa sembuh kembali. Silahkan jika ada yang mau sumbang tulisan dan link mp3 dari koleksi pribadi. Terbuka meski saya tak bisa memberikan honor, hanya ucapan terimakasih dan peluk hangat.
Sungguh hasrat ini belum mati. Demikian. :)
Wednesday, June 5, 2013
Sex Sux - Sing Along with Bananas!
Pasutri dari wilayah Bogor, Jawa Barat. Berdua saja dengan satu mesin loop drum, bernada indie-punk dari hantu slacker indie pop minimalis di garasi dan basement Amrik pada akhir tahun 1980-an.
I'm so fuckin love with this band. Pertama melihat band ini sekitar dua tahun lalu saat seorang teman membuat acara dan mengundang band ini ke Jakarta, lupa saya, antara Wastedrockers atau Heyho Records, mungkin dua-duanya! Whatever, intinya sejak pandangan pertama Sex Sux, saya meyakini band ini brilian, dan seharusnya mendapat atensi yang layak. Kenapa? Cool as Fuck, that's why!
Dan ketika ada isu bahwa Heyho Records bakal merilis album perdama Sex Sux, bertitel Sing Along with Bananas, tak ada kabar sekeren ini di skena indie. Itu pendapat saya. Band yang dihuni pasutri dari kota hujan, Deni dan Melly, meramu sepuluh lagu yang sebagian sudah ada di dua EP Sex Sux sebelumnya. Musiknya memiliki benang merah dengan band-band klasik indie pop/twee, minimalis, raw dan lo-fi, semacam band K Records.
Beberapa lagu favorit, well, semuanya sih, tapi saya menyukai I Got Bones (in the Kitchen), Ooh Sha Laa, Ceiling, dan, khususnya Coffee and Cigarette, so perfect. Album ini pun direkam secara minimalis di studio rumah mereka. Kesan lo-fi terasa sekali, dan justru itu membuat album ini lebih tertangkap emosinya, mungkin terasa spontanitasnya.
Sex Sux sebenarnya menghadirkan kesegaran baru di skena lokal yang mulai kurang variatif. Sayangnya, kondisi kesehatan Deni tidak memungkinkan untuk hadir di atas panggung. Penyakit serius terpaksa membuatnya harus berada di rumah. Beruntung label Heyho Records yang diurus DJ Deebank dan Mamed tetap merilis album mereka, meski promo album ini tak optimal.
Album Sing Along with Bananas layak untuk dibeli dan didengarkan. Kita bicara soal sebuah band yang memiliki keunikan, baik dari musik, lirik, dan aksi live mereka. Kesederhanaan yang keren, the coolest of simplicity. Saya berharap Deni cepat sembuh dan bisa mencubit penikmat indie untuk segera buka telinga dan dengar band satu ini. Dan meski terlalu dini, saya langsung mendaulat album ini sebagai album terkeren di tahun 2013. Kenapa? Cool as Fuck!
*album ini bisa dipesan via Heyho Records di facebook dan toko musik indie.
![]() |
Sex Sux - Sing Along with Bananas! |
Dan ketika ada isu bahwa Heyho Records bakal merilis album perdama Sex Sux, bertitel Sing Along with Bananas, tak ada kabar sekeren ini di skena indie. Itu pendapat saya. Band yang dihuni pasutri dari kota hujan, Deni dan Melly, meramu sepuluh lagu yang sebagian sudah ada di dua EP Sex Sux sebelumnya. Musiknya memiliki benang merah dengan band-band klasik indie pop/twee, minimalis, raw dan lo-fi, semacam band K Records.
![]() |
Dua EP Sex Sux. |
Sex Sux sebenarnya menghadirkan kesegaran baru di skena lokal yang mulai kurang variatif. Sayangnya, kondisi kesehatan Deni tidak memungkinkan untuk hadir di atas panggung. Penyakit serius terpaksa membuatnya harus berada di rumah. Beruntung label Heyho Records yang diurus DJ Deebank dan Mamed tetap merilis album mereka, meski promo album ini tak optimal.
![]() |
Sex Sux |
*album ini bisa dipesan via Heyho Records di facebook dan toko musik indie.
Monday, June 3, 2013
Ayushita - Morning Sugar
Semanis pagi hari, begitulah album terbaru dari Ayushita, sang bintang layar kaca. Suguhan musik berkelas yang tak pernah terlintas dilantunkan oleh salah satu personil supergrup BBB.
Suatu hari, seorang teman menyuruh saya untuk membeli sebuah cd bertitel Morning Sugar. Katanya, saya tak akan kecewa meski penyanyinya adalah Ayushita, personil dari supergrup BBB, a.k.a Bukan Bintang Biasa. Jaminannya, Ricky Virgana (White Shoes and the Couple Company) dan Mondo (Sore) menjadi produser dari keseluruhan materi lagu di album tersebut.
Dan, betul sekali, album yang menurut saya begitu apik, cantik, dan berkelas, namun tidak 'maksain'. Ricky dan Mondo, berhasil menyulap sosok Ayushita yang dikenal sebagai sosok artis sinetron yang menyanyikan tembang pop 'pasaran' menjadi Ayushita yang jauh berbeda. Suara vokal Ayushita yang sedikit tipis namun nyaman, menghiasi setiap lagu album ini yang khas olah musik dari band-band yang dihuni Ricky dan Mondo.
Tak heran, kalau melihat dari list musisi yang membantu album ini, melibatkan tim dari band Ricky, dan juga ada Anda. Tapi album ini tidak mengecewakan. Beberapa lagu seperti Fufu Fafa, Morning Sugar, ataupun Tonight is Mine, begitu manis dan hangat di telinga. Trek favorit, sebuah lagu lawas Melly Goeslaw berjudul 'Salah'. Di tangan Ricky dan Mondo, lagu ini menjadi begitu sempurna. Jujur, ini pilihan lagu yang sangat tepat, pas dengan konsep album, dan juga menurut saya, hanya lagu itu yang paling saya sukai dari Melly Goeslaw.
Album ini boleh disebut sebagai make over yang cantik. Album ini jelas tak akan sesukses kalau Ayushita tampil di BBB. Tak akan menjaring ringtone, atau pun wara-wiri di setiap tangga lagu di layar kaca. Mungkin juga acara live show model Dahsyat pun, dan sejenisnya tak akan tertarik. Saya tak bisa membayangkan para figuran di acara dengan yel-yel khasnya, mengiringi Ayushita bernyanyi lagu-lagu manis itu.
Pilihan yang tidak biasa dari Ayushita memilih ranah indie pop, dan berhasil melahirkan album semanis pagi hari yang anda pernah alami. Album yang dirilis Ivy League Music ini bukan album biasa. Nona ini ternyata punya selera, kelas, dan tentu nyali. Manis.
![]() |
Morning Sugar |
Dan, betul sekali, album yang menurut saya begitu apik, cantik, dan berkelas, namun tidak 'maksain'. Ricky dan Mondo, berhasil menyulap sosok Ayushita yang dikenal sebagai sosok artis sinetron yang menyanyikan tembang pop 'pasaran' menjadi Ayushita yang jauh berbeda. Suara vokal Ayushita yang sedikit tipis namun nyaman, menghiasi setiap lagu album ini yang khas olah musik dari band-band yang dihuni Ricky dan Mondo.
Tak heran, kalau melihat dari list musisi yang membantu album ini, melibatkan tim dari band Ricky, dan juga ada Anda. Tapi album ini tidak mengecewakan. Beberapa lagu seperti Fufu Fafa, Morning Sugar, ataupun Tonight is Mine, begitu manis dan hangat di telinga. Trek favorit, sebuah lagu lawas Melly Goeslaw berjudul 'Salah'. Di tangan Ricky dan Mondo, lagu ini menjadi begitu sempurna. Jujur, ini pilihan lagu yang sangat tepat, pas dengan konsep album, dan juga menurut saya, hanya lagu itu yang paling saya sukai dari Melly Goeslaw.
Album ini boleh disebut sebagai make over yang cantik. Album ini jelas tak akan sesukses kalau Ayushita tampil di BBB. Tak akan menjaring ringtone, atau pun wara-wiri di setiap tangga lagu di layar kaca. Mungkin juga acara live show model Dahsyat pun, dan sejenisnya tak akan tertarik. Saya tak bisa membayangkan para figuran di acara dengan yel-yel khasnya, mengiringi Ayushita bernyanyi lagu-lagu manis itu.
Pilihan yang tidak biasa dari Ayushita memilih ranah indie pop, dan berhasil melahirkan album semanis pagi hari yang anda pernah alami. Album yang dirilis Ivy League Music ini bukan album biasa. Nona ini ternyata punya selera, kelas, dan tentu nyali. Manis.
Wednesday, April 10, 2013
Sembuh di Konser Rumahsakit. Rolling Stones Cafe 6/4/13
Rumahsakit naik ke atas panggung lagi, lagi, dan lagi. Di Rolling Stones Cafe, Andri Lemes dan rekan, menghibur seratusan penonton ragam usia. Nostalgia yang tak pernah putus cerita.
Satu hal yang paling saya syukuri dari skena lokal di tahun kemarin adalah reuninya Rumahsakit. Sebuah album baru, yang mungkin bisa disebut sebagai kompilasi materi lawas mereka, disisipi beberapa lagu baru. Bagi yang tinggal di Jakarta, Rumahsakit ibarat Indie Darling-nya mereka, seperti halnya Pure Saturday bagi urang Bandung. Legendanya skena indies di tanah air.
Band ini berperan besar membesarkan skena indies di era 90an, khususnya masa-masa Cafe Poster. Bagi mereka yang pernah menghadiri setiap acara di Poster bakal mengerti kenapa Rumahsakit menjadi begitu pentingnya dalam lembar sejarah dan hidup orang-orang.
Lagu-lagu Rumahsakit menjadi tembang andalan setiap latihan saat pertama kali ngeband. Gandrung dengan musik Britpop, lalu melihat videoklip Rumahsakit, judulnya Hilang di televisi, dan mendadak pengen jadi anak Indies karena tampak keren dan cool ha ha ha. Selain bawain the Stone Roses, kami bawain Rumahsakit karena lagu-lagunya yang gampang dimainkan secara skill kami yang pas-pasan.
Dan satu malam di RSC, mereka manggung. Akhirnya saya bisa menonton mereka setelah gagal pas launching album terakhir mereka. Eh, sebelum manggung ketemu Andri Lemes di RM Ampera di seberang lokasi acara. Ditemani Acum, mereka ingin isi perut sebelum beraksi.
Obrol sebentar lah kami bertiga seputar pentas manggung terakhir Rumahsakit di Surabaya sampai soal betapa malunya Andri Lemes mengingat videoklip Hilang dimana ia menganggap video yang rada 'norak' pada jamannya. Khususnya saat wajahnya yang harus rela dipermak anak-anak Pestol Aer dan Slammer dengan polesan bedak dan lipstik secara berlebihan. Bagi saya itu video yang gak akan pernah ada lagi di layar kaca. Dan video itu menghilang, tak ada kopinya, Andri berharap bisa mendapatkan lagi video 'malu-maluin' itu.
Lagu Hilang menjadi pamungkas penutup pada saat Rumahsakit memuaskan seratusan orang selama mungkin satu setengah jam. Beberapa trek lagu yang klasik dan jarang-jarang didengarkan secara live seperti 2000 miles, Flow, atau semacam Petir, Kilat, dan Halilintar. Semua bernyanyi bersama, bernostalgia kapan pertama kali berkenalan dengan band jebolan IKJ ini.
Saya sendiri mendadak sembuh! Tujuh tahun silam, kaset saya dipinjam oleh teman bernama Miko, yang katanya mau dipinjam oleh teman saya bernama Lily, musisi Summer in Berlin dan sebagainya. Dan tak pernah kembali. Dua kaset yang saya selalu putar sampai hapal di luar kepala, masih ingat pula kedua kaset saya beli di Blok Mall, di toko kaset Musik +. Saya bahkan tak pernah mendengar lagu2 mereka secara intens lagi. Mungkin sudah gak pernah lagi.
Di atas panggung Andri Lemes menyanyi dengan penuh semangat. Tetap lemas dan grogi, hal yang tak pernah sembuh dari dirinya setiap kali di atas panggung. Nostalgia tak pernah putus ketika Andri juga mengisahkan hal-hal lucu dan seru selama di Rumahsakit. Mulai dari era darkness dengan zat adiktif, tradisi sepulang Poster yang selalu mampir lagi ke Bengkel agar bisa ajojing disko, sampai buka-bukaan para vokalis tamu seperti Acum, Toni, Batman, dan Jimi tentang band ini.
Malam yang keren. Tapi ada satu hal yang paling saya rasakan di malam itu adalah saya teryata masih bisa merapal kembali lirik2 dari lagu-lagu mereka. Memori di otak yang terbenam di laci butut, tiba-tiba aktif kembali. Bangkit dari alam sadar. Saya sampai mengadu kepada kedua teman saya di sana, dan memasang muka bahagia sambil berkata, 'gue sembuh men!'. Dan rasanya betul-betul bahagia sekali.
![]() |
photo: nyunyu.com |
Band ini berperan besar membesarkan skena indies di era 90an, khususnya masa-masa Cafe Poster. Bagi mereka yang pernah menghadiri setiap acara di Poster bakal mengerti kenapa Rumahsakit menjadi begitu pentingnya dalam lembar sejarah dan hidup orang-orang.
Dan satu malam di RSC, mereka manggung. Akhirnya saya bisa menonton mereka setelah gagal pas launching album terakhir mereka. Eh, sebelum manggung ketemu Andri Lemes di RM Ampera di seberang lokasi acara. Ditemani Acum, mereka ingin isi perut sebelum beraksi.
Obrol sebentar lah kami bertiga seputar pentas manggung terakhir Rumahsakit di Surabaya sampai soal betapa malunya Andri Lemes mengingat videoklip Hilang dimana ia menganggap video yang rada 'norak' pada jamannya. Khususnya saat wajahnya yang harus rela dipermak anak-anak Pestol Aer dan Slammer dengan polesan bedak dan lipstik secara berlebihan. Bagi saya itu video yang gak akan pernah ada lagi di layar kaca. Dan video itu menghilang, tak ada kopinya, Andri berharap bisa mendapatkan lagi video 'malu-maluin' itu.
Lagu Hilang menjadi pamungkas penutup pada saat Rumahsakit memuaskan seratusan orang selama mungkin satu setengah jam. Beberapa trek lagu yang klasik dan jarang-jarang didengarkan secara live seperti 2000 miles, Flow, atau semacam Petir, Kilat, dan Halilintar. Semua bernyanyi bersama, bernostalgia kapan pertama kali berkenalan dengan band jebolan IKJ ini.
Saya sendiri mendadak sembuh! Tujuh tahun silam, kaset saya dipinjam oleh teman bernama Miko, yang katanya mau dipinjam oleh teman saya bernama Lily, musisi Summer in Berlin dan sebagainya. Dan tak pernah kembali. Dua kaset yang saya selalu putar sampai hapal di luar kepala, masih ingat pula kedua kaset saya beli di Blok Mall, di toko kaset Musik +. Saya bahkan tak pernah mendengar lagu2 mereka secara intens lagi. Mungkin sudah gak pernah lagi.
Di atas panggung Andri Lemes menyanyi dengan penuh semangat. Tetap lemas dan grogi, hal yang tak pernah sembuh dari dirinya setiap kali di atas panggung. Nostalgia tak pernah putus ketika Andri juga mengisahkan hal-hal lucu dan seru selama di Rumahsakit. Mulai dari era darkness dengan zat adiktif, tradisi sepulang Poster yang selalu mampir lagi ke Bengkel agar bisa ajojing disko, sampai buka-bukaan para vokalis tamu seperti Acum, Toni, Batman, dan Jimi tentang band ini.
Malam yang keren. Tapi ada satu hal yang paling saya rasakan di malam itu adalah saya teryata masih bisa merapal kembali lirik2 dari lagu-lagu mereka. Memori di otak yang terbenam di laci butut, tiba-tiba aktif kembali. Bangkit dari alam sadar. Saya sampai mengadu kepada kedua teman saya di sana, dan memasang muka bahagia sambil berkata, 'gue sembuh men!'. Dan rasanya betul-betul bahagia sekali.
Tuesday, March 26, 2013
Morfem - Hey, Makan tuh Gitar!
Morfem meluncurkan album kedua berjudul intimidatif dan cuek, namun dengan karya terbaru yang semakin matang dan berisi. Indie rocker lokal beraksi!

Hari minggu ketiga di bulan Maret, saya mampir ke acara launching album terbaru Morfem, berjudul Hey, Makan tuh Gitar! Selain ingin mendengarkan materi terbaru mereka secara live, juga mau nonton satu lagi band indie rock berbakat dari Jakarta Timur dan sekitarnya, Barefood, yang didaulat menjadi opening band di acara ini.
Selanjutnya, acaranya seru, Barefood memancing perhatian penonton, dan Morfem pun sukses di acara mereka, membawakan lagu-lagu kejutan seperti Kuning-nya Rumahsakit dan lagu Ramones dibikin medley. Puaslah para hadirin.

Hari minggu ketiga di bulan Maret, saya mampir ke acara launching album terbaru Morfem, berjudul Hey, Makan tuh Gitar! Selain ingin mendengarkan materi terbaru mereka secara live, juga mau nonton satu lagi band indie rock berbakat dari Jakarta Timur dan sekitarnya, Barefood, yang didaulat menjadi opening band di acara ini.
Selanjutnya, acaranya seru, Barefood memancing perhatian penonton, dan Morfem pun sukses di acara mereka, membawakan lagu-lagu kejutan seperti Kuning-nya Rumahsakit dan lagu Ramones dibikin medley. Puaslah para hadirin.
![]() |
Morfem pasang aksi |
Nonton, beli tiket 25ribu langsung dapat cd. Cakep. Dibawa pulanglah tuh cd, didengarkan di pagi hari sebelum berangkat kerja. Hasilnya, saya putuskan bahwa album kedua mereka patut diapresiasi dengan dua jempol. Materinya lebih matang, dan Morfem menjadi band yang semakin bagus. Jimi dan Pandu, sudah menjadi duet maut, seperti Moz dan Marr, Curtis dan Summer, atau Duta dan Eross? (LOL). Jimi dengan lirik-lirik kerennya, dan Pandu dengan racikan musiknya.
Dan album ini jauh lebih baik dari album pertamanya. Kerennya sepantaran dengan album pertama Superdrag, Regretly Yours, album powerpop yang catchy, sing along, dan noisy juga, kadarnya pas. Kerennya Jimi bikin lirik dan Pandu untuk musiknya, memang terletak pada materi yang bisa bikin sing along. Dan asyik.
Beberapa materi yang patut dipuji, Hey Tuan Botimen, Jimi dengan lirik nakal tentang kegalauan seorang penikmat zat adiktif yang bikin saya merasa terharu juga dengan realita yang dihadapi para pemadat. Lalu Legenda Berbalut Ngeri, yang kata Pandu tentang lagu seekor tokek yang tiba-tiba nongol saat Jimi menyalakan lampu. Jimi begitu piawai dalam bermain kata-kata dalam lirik, berbahasa Indonesia ketika banyak band, termasuk band saya, lebih suka lirik bahasa Inggris.
Kejutan baru dari materi album baru ini? Well, ada lagu yang bernuansa indie rock, namun ada surf rocknya, ada juga yang begitu punkish dan hardcore, seperti lagu Hey, Seka Ingusmu! Macam band-band jebolan Epitaph Records atau Revelation Records, berlirik tajam yang nggak peduli with all those craps and bullshits. Enerjik.
Namun, lagu terbaik dari album ini, Bocah Cadel Lampu Merah. Seperti saya bilang Jimi dan Pandu telah menjadi duet maut dan sehati. Lirik Jimi yang saya pikir, terbaik dari dirinya selama ini, mungkin rada lebay jika harus dibandingkan dengan lirik Bang Iwan Fals, '...anak sekecil itu berkelahi dengan waktu, demi satu impian..." Tahu, kan? Saya pikir lirik Jimi ini patut diapresiasi. Dan Pandu membungkus lirik indah dan menyentuh ini dengan musik akustik yang folky.
Ketukan Fredi, selalu bagus, dan Yanu yang menggantikan Bram, bermain efisien di album ini. Album Hey! Makan tuh Gitar! tidak mengecewakan dan patut dibeli oleh kita semua. Skena indie rock mulai bergema, nggak cuma musik metal aja.
Monday, February 25, 2013
Finally, a 7 inch Donut of Rumahsakit!
Setelah tertunda jadwal rilisnya akibat kekisruhan di bea cukai, 300 donat dari band legendaris, Rumahsakit berukuran 7 inci hadir di Indonesia.
Teman-teman di Banyakmauuu Records, akhirnya bisa bernafas lega. Setelah sempat dipusingkan oleh urusan bea cukai sehingga jadwal rilis dan peluncuran harus ditunda beberapa kali, vinyl Rumahsakit bisa dihadirkan untuk para penikmat musik Andri Lemes cs., di tanah air.
Plat ini sangat dinantikan karena berasal dari sebuah band yang turut membumikan musik indies dan britpop di era 90-an. Dikemas apik, dan platnya berwarna putih. Dua lagu dihadirkan, Hilang dan Anomali, mewakili dua album pertama band yang para pendirinya ber-ktp kampus IKJ ini.
Saya sendiri sudah memesan donat ini via situs Norrm.com dengan link http://norrm.com/rumahsakitvinyl/ dengan nomor '79'. Serunya, hanya 100 keping yang diberi nomor seri (bebas milih nomor), kemasan gatefold, stiker set, dan frame keren; sementara 200 sisanya edisi reguler sleeve dan stiker set.
Pada tanggal 10 Maret nanti bakal ada pesta rilisan di Cafe Mondo, High Fidelity, dan akan diramaikan oleh aksi DJ Selektor yang akan memainkan koleksi mereka yang serba Indies dan Britpop tentunya. So, dont waste your time and go hurry PO, or a regret for the rest of our life!!
![]() |
7" consist two songs |
Teman-teman di Banyakmauuu Records, akhirnya bisa bernafas lega. Setelah sempat dipusingkan oleh urusan bea cukai sehingga jadwal rilis dan peluncuran harus ditunda beberapa kali, vinyl Rumahsakit bisa dihadirkan untuk para penikmat musik Andri Lemes cs., di tanah air.
Plat ini sangat dinantikan karena berasal dari sebuah band yang turut membumikan musik indies dan britpop di era 90-an. Dikemas apik, dan platnya berwarna putih. Dua lagu dihadirkan, Hilang dan Anomali, mewakili dua album pertama band yang para pendirinya ber-ktp kampus IKJ ini.
Saya sendiri sudah memesan donat ini via situs Norrm.com dengan link http://norrm.com/rumahsakitvinyl/ dengan nomor '79'. Serunya, hanya 100 keping yang diberi nomor seri (bebas milih nomor), kemasan gatefold, stiker set, dan frame keren; sementara 200 sisanya edisi reguler sleeve dan stiker set.
Pada tanggal 10 Maret nanti bakal ada pesta rilisan di Cafe Mondo, High Fidelity, dan akan diramaikan oleh aksi DJ Selektor yang akan memainkan koleksi mereka yang serba Indies dan Britpop tentunya. So, dont waste your time and go hurry PO, or a regret for the rest of our life!!
Tuesday, February 5, 2013
Monday, February 4, 2013
My Bloody Valentine - MBV
Dua dekade silam, sebuah band bernama My Bloody Valentine merilis sebuah album yang mengusik tekstur musik alternatif di era 1990-an. Dan setelah 22 tahun menghilang tanpa pesan, band ini membuka bulan Februari 2013 dengan album gress!
Tak disangka, setelah sebuah konser pemanasan di London, Kevin Shields menjawab pertanyaan penonton kapan album baru My Bloody Valentine dirilis dengan berkata akan keluar tiga hari lagi. Yah, sebuah album dari band lawas shoegaze yang menjadi inspirasi bagi begitu banyak band alternatif dan penikmat musik ini akhirnya dirilis juga!
Dan ketika akhirnya dirilis dua hari lalu, mendadak semua orang menjadi menggila. Situs resmi MBV yang didisain turut menjadi toko online vinyl, cd, dan digital download, mendadak kebanjiran order dari segala penjuru dunia, sampai-sampai situs ini rontok alias jebol!
Tak ada yang menyangka, sebuah album yang begitu dinantikan oleh para penggemarnya, harus mengalami kejadian itu. Seperti sebuah histeria massa yang uniknya terjadi di dunia maya. Media sosial riuh dengan diskusi soal album terbaru yang bertitel 'MBV', meski tak sampai trending topic di seantero jagad.
Reaksi para pendengar pertama dari materi album ini beragam, mulai dari kecewa karena tak merasakan sensasi seperti saat album Loveless, sampai ada yang terharu berkaca-kaca. Komentar soal eksplorasi musik di album yang berkover dominan biru donker pun banyak terlontar, khususnya soal masuknya instrumen drum electric, dan tak terlihat tak hadir lagi sampling-sampling aneh seperti di album Loveless.
Pastinya, album ini diisi oleh beberapa materi yang sempat dibuat Kevin Shields setelah album Loveless, namun tak tuntas karena berbagai hal. Dan jika diperhatikan secara seksama, warna album ini memang masih memiliki sejarah urusan yang belum tuntas dengan album sebelumnya. Dan akhirnya tuntas juga di awal bulan Februari 2013.
Ketika band-band shoegaze di era 2000an seperti Ringo Deathstarr, Serena Maneesh, Tamaryn, dan begitu banyak lagi, hadir dengan meracik DNA dari template musik yang disarikan dari My Bloody Valentine, saya berpikir bahwa musik seperti apa lagi yang akan diusung Kevin Shields. Sementara eksplorasi musik shoegaze sudah begitu progresif, sebut saja model band Serena Maneesh, dimana dulu saya berpikir mungkin kalau My Bloody Valentine rutin merilis album setelah Loveless, tanpa harus vakum, musik mereka akan seperti itu.
Tetapi di album MBV ini, Kevin Shields tidak seperti itu. Dia tidak terseret oleh arus musik shoegazing kontemporer, tetapi tetap dengan gaya dia sendiri. Tendensi ini mungkin bisa sedikit terendus melalui beberapa materi yang dia buat saat menangani musik dari film Lost in Translation. Tak ada sebuah perubahan drastis sebenarnya, meski materinya tetaplah keren. Toh, dia juga pionirnya dari musik shoegaze :)
Di album yang berjumlah 9 trek ini, ada beberapa materi yang saya suka seperti trek pembuka berjudul She Found Now, oh, trek ini benar-benar kerennya, begitu swirlie dan shoegazing di era Loveless. Trek berjudul New You, yang sempat ditampilkan band ini saat konser pemanasan, menjadi trek favorit saya. Semua lagu di album ini tidak ada yang membosankan atau jelek, namun saya terkesima dengan trek berjudul Nothing Is yang begitu repetitif dan trek terakhir berjudul Wonder 2 yang menampilkan komposisi efek Kevin Shields yang terdengar seperti bising deru pesawat Jumbo Jet yang tak pernah berhenti.
Penutup kata, album MBV ini punya relasi kuat dengan album Loveless. Album yang dominan berwarna merah muda itu semacam sebuah Monument dari My Bloody Valentine, dan album terbaru yang dominan warna biru donker ini adalah sebuah Statement atau pernyataan. Pernyataan bahwa mereka belum usai dan masih memiliki nyali untuk menghajar kuping kita semua. Marr
-----------------------------------------------
Pre-order Vinyl, Cd, and their digital download at: MYBLOODYVALENTINE.ORG
![]() |
MBV |
Dan ketika akhirnya dirilis dua hari lalu, mendadak semua orang menjadi menggila. Situs resmi MBV yang didisain turut menjadi toko online vinyl, cd, dan digital download, mendadak kebanjiran order dari segala penjuru dunia, sampai-sampai situs ini rontok alias jebol!
Tak ada yang menyangka, sebuah album yang begitu dinantikan oleh para penggemarnya, harus mengalami kejadian itu. Seperti sebuah histeria massa yang uniknya terjadi di dunia maya. Media sosial riuh dengan diskusi soal album terbaru yang bertitel 'MBV', meski tak sampai trending topic di seantero jagad.
![]() |
Situs MBV |
Pastinya, album ini diisi oleh beberapa materi yang sempat dibuat Kevin Shields setelah album Loveless, namun tak tuntas karena berbagai hal. Dan jika diperhatikan secara seksama, warna album ini memang masih memiliki sejarah urusan yang belum tuntas dengan album sebelumnya. Dan akhirnya tuntas juga di awal bulan Februari 2013.
Dari keseluruhan materinya, MBV menyajikan sebuah perjalanan artistik dari konsep musik mereka yang unik, dan berusia 22 tahun. Swirling sounds, fuzzy riffs, modulasi tremolo yang khas, ayunan tremolo's arm, dan synth, meronai album ini, cetak biru/template musik yang mereka ciptakan dan menjadi inspirasi bagi band-band alternatif berikutnya. Dan bagi saya, sentuhan magis dari Kevin Shields dan rekan, belumlah habis. Album ini masih tetap terdengar begitu sexy dan heavy, at the same time.
![]() |
Para personil MBV di usia paruh baya |
Tetapi di album MBV ini, Kevin Shields tidak seperti itu. Dia tidak terseret oleh arus musik shoegazing kontemporer, tetapi tetap dengan gaya dia sendiri. Tendensi ini mungkin bisa sedikit terendus melalui beberapa materi yang dia buat saat menangani musik dari film Lost in Translation. Tak ada sebuah perubahan drastis sebenarnya, meski materinya tetaplah keren. Toh, dia juga pionirnya dari musik shoegaze :)
Di album yang berjumlah 9 trek ini, ada beberapa materi yang saya suka seperti trek pembuka berjudul She Found Now, oh, trek ini benar-benar kerennya, begitu swirlie dan shoegazing di era Loveless. Trek berjudul New You, yang sempat ditampilkan band ini saat konser pemanasan, menjadi trek favorit saya. Semua lagu di album ini tidak ada yang membosankan atau jelek, namun saya terkesima dengan trek berjudul Nothing Is yang begitu repetitif dan trek terakhir berjudul Wonder 2 yang menampilkan komposisi efek Kevin Shields yang terdengar seperti bising deru pesawat Jumbo Jet yang tak pernah berhenti.
Penutup kata, album MBV ini punya relasi kuat dengan album Loveless. Album yang dominan berwarna merah muda itu semacam sebuah Monument dari My Bloody Valentine, dan album terbaru yang dominan warna biru donker ini adalah sebuah Statement atau pernyataan. Pernyataan bahwa mereka belum usai dan masih memiliki nyali untuk menghajar kuping kita semua. Marr
-----------------------------------------------
Pre-order Vinyl, Cd, and their digital download at: MYBLOODYVALENTINE.ORG
Sunday, January 6, 2013
Mixtape: The Comforts of Noise (Instrumentalize 90's Shoegaze)
Hempasan kebisingan dan modulasi berlapis menampar kanan kiri kuping, namun terkendali dan bernyali. Tersaji dari ketiga belas trek instrumental adiktif dari tiga belas musisi/band shoegaze di era 90-an. So cool as f#$k!
Semuanya gara-gara demo trek Fleeting Joys untuk album ketiga mereka di Youtube. Demo trek Fleeting Joys di Youtube menampilkan si gitaris memainkan riff shoegazing (totally MBV-ism) tanpa vokal. Saya pikir trek ini keren banget. Begitu rough dan cool disaat yang sama. Buru-buru saya mengunduh trek itu, dan langsung saja terlintas di benak, kenapa nggak sekalian mengubek materi-materi instrumental dari band shoegaze?
Pilihan saya tentu band-band shoegaze di era 1990-an. Kenapa? Bukan soal sentimentil atau nostalgia, tetapi justru di era tersebut, musik shoegaze hadir dengan eksplorasi dan orisinil. Band-band shoegaze pada saat itu memiliki semacam aura 'anti-rock', cuek dan tidak seglamor Britpop dan Rock, hal-hal sensasi yang bisa dijual tabloid gosip di Inggris. The music that celebrate itself...and that's kinda sounds cool to us, right?
Dan semingguan lah saya mengubek Youtube selepas ngantor demi mencari trek-trek instrumental. Dan akhirnya, saya bisa menemukan remah-remah materi yang ngumpet di tumpukan playlist banyak orang. Tiga belas lagu dari tiga belas band/musisi shoegaze 90-an yang bagi saya begitu keren dan patut didengarkan siapapun. Berwarna sekali suguhan musik mereka ketika itu, masing-masing dengan karakter berbeda.
Ketiga belas lagu seperti sebuah momen jamming yang bagi saya jauh beda dan tentu bukanlah post rock yang sangat dirancang tekstur lagunya. Instrumental-nya band shoegaze kayak sebuah statement anak-anak 90's alt-slacker yang bisa menjadi semacam soundtrack. Perhatikan deh komposisi musiknya, menurut saya jauh lebih ekspresif, colorful, adiktif, bisa pula tampak indah, dan bernyali. Lebih lagi, masih ada unsur 'ngepop'-nya, nggak eksperimentalis.
Sebut saja, lagu Grasshopper dari Ride, yang begitu agresif dan menekan. Badai distorsi fuzz, dan ketukan drum yang menggila. Trek ajib lainnya, seperti Kitchen of Distinction dengan lagu Skin. Band shoegaze asal kota London ini menampilkan komposisi petikan akustik khas klasik berbalut selimut reverb. Hasilnya, Skin terdengar begitu cantik dan teduh. Tak ketinggalan gubahan Nick McCabbe, gitaris The Verve, begitu dreamy dan ambient.
Ingin merasakan sensasi ekstasi adiktif, dengarkan juga Swirlies, band shoegaze Amerika Serikat dengan lagu Version. In Harmony Retrograde Transposition yang mereka kemas remix bersama seorang DJ, dari album ketiga mereka. Begitu pula dengan Curve yang meremix lagu Gift, menjadi sebuah lagu yang sejujurnya patut dinikmati secara ilegal namun bertanggungjawab. Dari sini terlihat banget eratnya skena musik shoegaze dengan skena rave pada saat itu. So trippy.
Mixtape ini tentu diisi oleh komposisi dua pionir shoegaze dan dreampop, Kevin Shields dengan Goodbye, dan Robin Guthrie dengan Monument. Well, masih banyak lagu lainnya di kompilasi tak resmi ini yang kudu didengar dan dirasakan feel-nya. Sekumpulan materi instrumental yang menurut saya begitu 90's dan so fuckin cool.
So, tunggu apalagi, silahkan unduh link dibawah ini, kengkawan sekalian!
The Comforts of Noise
Semuanya gara-gara demo trek Fleeting Joys untuk album ketiga mereka di Youtube. Demo trek Fleeting Joys di Youtube menampilkan si gitaris memainkan riff shoegazing (totally MBV-ism) tanpa vokal. Saya pikir trek ini keren banget. Begitu rough dan cool disaat yang sama. Buru-buru saya mengunduh trek itu, dan langsung saja terlintas di benak, kenapa nggak sekalian mengubek materi-materi instrumental dari band shoegaze?
Pilihan saya tentu band-band shoegaze di era 1990-an. Kenapa? Bukan soal sentimentil atau nostalgia, tetapi justru di era tersebut, musik shoegaze hadir dengan eksplorasi dan orisinil. Band-band shoegaze pada saat itu memiliki semacam aura 'anti-rock', cuek dan tidak seglamor Britpop dan Rock, hal-hal sensasi yang bisa dijual tabloid gosip di Inggris. The music that celebrate itself...and that's kinda sounds cool to us, right?
Dan semingguan lah saya mengubek Youtube selepas ngantor demi mencari trek-trek instrumental. Dan akhirnya, saya bisa menemukan remah-remah materi yang ngumpet di tumpukan playlist banyak orang. Tiga belas lagu dari tiga belas band/musisi shoegaze 90-an yang bagi saya begitu keren dan patut didengarkan siapapun. Berwarna sekali suguhan musik mereka ketika itu, masing-masing dengan karakter berbeda.
(video Fleeting Joys - guitar take session in studio)
Ketiga belas lagu seperti sebuah momen jamming yang bagi saya jauh beda dan tentu bukanlah post rock yang sangat dirancang tekstur lagunya. Instrumental-nya band shoegaze kayak sebuah statement anak-anak 90's alt-slacker yang bisa menjadi semacam soundtrack. Perhatikan deh komposisi musiknya, menurut saya jauh lebih ekspresif, colorful, adiktif, bisa pula tampak indah, dan bernyali. Lebih lagi, masih ada unsur 'ngepop'-nya, nggak eksperimentalis.
Sebut saja, lagu Grasshopper dari Ride, yang begitu agresif dan menekan. Badai distorsi fuzz, dan ketukan drum yang menggila. Trek ajib lainnya, seperti Kitchen of Distinction dengan lagu Skin. Band shoegaze asal kota London ini menampilkan komposisi petikan akustik khas klasik berbalut selimut reverb. Hasilnya, Skin terdengar begitu cantik dan teduh. Tak ketinggalan gubahan Nick McCabbe, gitaris The Verve, begitu dreamy dan ambient.
Ingin merasakan sensasi ekstasi adiktif, dengarkan juga Swirlies, band shoegaze Amerika Serikat dengan lagu Version. In Harmony Retrograde Transposition yang mereka kemas remix bersama seorang DJ, dari album ketiga mereka. Begitu pula dengan Curve yang meremix lagu Gift, menjadi sebuah lagu yang sejujurnya patut dinikmati secara ilegal namun bertanggungjawab. Dari sini terlihat banget eratnya skena musik shoegaze dengan skena rave pada saat itu. So trippy.
Mixtape ini tentu diisi oleh komposisi dua pionir shoegaze dan dreampop, Kevin Shields dengan Goodbye, dan Robin Guthrie dengan Monument. Well, masih banyak lagu lainnya di kompilasi tak resmi ini yang kudu didengar dan dirasakan feel-nya. Sekumpulan materi instrumental yang menurut saya begitu 90's dan so fuckin cool.
So, tunggu apalagi, silahkan unduh link dibawah ini, kengkawan sekalian!
The Comforts of Noise
Monday, December 24, 2012
Donat Tujuh Inci Rumahsakit
Tak berselang lama reuni dan album (kompilasi) terbarunya di awal Desember, Andri Lemes cs, kembali bersiap dengan kejutan terbaru. Bersama label yang banyak maunya, Banyak Mauu Records, Rumahsakit akan merilis vinyl 7 inch di awal tahun 2013.
Dari segelintir band indie lawas tanah air yang saya harapkan bisa dirilis kembali dalam bentuk vinyl, tak lain Rumahsakit. Saya kerap lempar topik dengan teman-teman, soal band-band apa dan rilisannya bakal seperti apa. Dan ketika bicara band Andri Lemes cs ini, semuanya setuju dan sepakat jika ada yang bisa ngomporin Rumahsakit untuk sebuah rilisan semacam itu.
Awal tahun 2012 saat saya lagi ngebantu Planetbumi di acara Jaktv, sempat bertemu dengan Andri dan si Anda Twins (atau si Andi kembarannya yah?) dan ngomongin niatan si Anda (atau Andi?) yang tertarik merilis kembali dua album Rumahsakit dalam bentuk vinyl. Tetapi yah, tak ada terdengar lagi kabarnya.
Dan akhirnya, sebuah label baru yang dirintis oleh kedua teman, Banyak Mauu Records, berhasil membujuk Rumahsakit untuk dibuatkan rilisan versi vinyl berukuran diameter tujuh inci, biasa disebut donat. Saya pikir ini adalah hal paling keren untuk menyambut reuninya kembali band britpop lokal idola ibukota Jakarta seperti Rumahsakit.
Ketika mampir di Holybazaar, Ruang Rupa, teman saya membawakan plat test pressing dan diputarkan oleh DJ AK-47. Dua lagu di donat adalah Anomali dan Hilang, dua trek yang saya pikir mewakili masing-masing kedua album legendaris dari band asal kampus IKJ ini. Eklektik dan britpop.
Saya jadi ingin curcol betapa Rumahsakit begitu berkesan secara pribadi, yang tentunya bakal panjang lebar dan membuat bosan. Mungkin saya simpan saja sampai dirilisnya donat itu. Bayangkan, sebuah rilisan bersejarah dari band yang jebolan skena indie lokal era 90-an yang kabarnya dilaunching di awal 2013. Donatnya indie darlingnya ibukota Jakarta, saya akan sabar menanti saatnya tiba. Comin' soon, amigos!
![]() |
poster rilis donat 7 inci rumahsakit |
Awal tahun 2012 saat saya lagi ngebantu Planetbumi di acara Jaktv, sempat bertemu dengan Andri dan si Anda Twins (atau si Andi kembarannya yah?) dan ngomongin niatan si Anda (atau Andi?) yang tertarik merilis kembali dua album Rumahsakit dalam bentuk vinyl. Tetapi yah, tak ada terdengar lagi kabarnya.
Dan akhirnya, sebuah label baru yang dirintis oleh kedua teman, Banyak Mauu Records, berhasil membujuk Rumahsakit untuk dibuatkan rilisan versi vinyl berukuran diameter tujuh inci, biasa disebut donat. Saya pikir ini adalah hal paling keren untuk menyambut reuninya kembali band britpop lokal idola ibukota Jakarta seperti Rumahsakit.
Ketika mampir di Holybazaar, Ruang Rupa, teman saya membawakan plat test pressing dan diputarkan oleh DJ AK-47. Dua lagu di donat adalah Anomali dan Hilang, dua trek yang saya pikir mewakili masing-masing kedua album legendaris dari band asal kampus IKJ ini. Eklektik dan britpop.
![]() |
test pressing on my hand! |
Subscribe to:
Posts (Atom)