Sunday, October 18, 2015
Teenage Death Star - Longway to Nowhere
Musiknya adalah kombinasi dari ragam minuman keras macam cap tikus yang kalau kamu bisa sukses meminumnya tanpa masuk puskesmas maka bisa menendang pantat siapapun. Saya lupa kapan beli cd ini. Ada booklet utk pengayaan kepada gadis2 alim tentang band dan para personilnya agar bisa mengenal jati diri masing2 dan bercengkerama tanpa rasa takut jika bersua.
Ada bonus cd juga isinya band-band covering lagu2 TDS. Cuma satu band yang keren, yg lain nggak, yaitu The Stress (udah bubar, vokalisnya memilih khidmat beribadah). Band ini besar di daerah keras di Kota, belakang stasiun Beos. Dulu beli cd-nya di Lawless kalau gak salah. Iseng aja sebenernya.
Alhamdulilah belum pernah sekalipun melihat penampilan live mereka. Kalau denger-denger cerita orang, aksi panggung mereka penuh dengan harum alkohol. Lalu katanya para penonton keblingsatan rusuh di depan panggung. Beda dengan anak-anak britpop indies yang biasanya goyang pundak atau kedua tangan di kepala seperti sedang keramas. Dan biasanya wangi-wangi, kalau keringetan pun gak apek.
Bagi yang belum punya cd album ini sepertinya masih banyak deh di toko. Coba dibeli deh. Saya coba dengarkan beberapa kali hanya untuk agar tidak berjamur cd-nya. Oh ya kata gitarisnya TDS, mo ada plat hitamnya. Luar biasa. Eat that.
#AnoaBlog #cd1979 #teenagedeathstar
Saturday, January 4, 2014
Teenage Death Star - Early Years 88-91
![]() |
edit. - "kok gak bisa diputer yah di blog hahahaha :))" |
Jadi ketika saya dapat selentingan TDS merilis satu kaset, dan mendapat penampakan cover pertamanya, dimana sepasang kekasih memadu kasih di tengan alam savanna dengan posisi hewani, maka penantian yang sebenarnya tidak dinantikan juga itu hadir. Kabarnya akan dirilis dengan kemasan kaset berbeda dengan bantuan Lian di Jalan Surabaya.
Dan akhirnya kasetnya pun ada di tangan saya. Meski cover aslinya gagal lolos sensor dari Departemen Penerangan era Harmoko, dan ketika saya minta versi aslinya, gitaris TDS minta uang ganti sebesar 30 juta rupiah. Sungguh amoral!
Apapun itu, album ini bertitel Early Years 88-91, yang artinya sejak mereka masih SMP, para TDS sudah merekam materi yang berlimpah dan destruktif. Lihat saja judul-judul lagunya yang.... sangat-sangat filosofis dan eksistensial. Entah berapa nilai rapor mereka di mata pelajaran Agama dan PMP, sekarang dikenal PPKN, kalau pas kuliah Kewiraan. Gitaris TDS bilang ke saya kalau rekaman ini adalah sekumpulan anak muda yang sedang merekam sebuah lagu-lagu di halaman belakang di era 80an. Mereka adalah sekumpulan anak muda kaya akan referensi dan narkoba.
Maka jika kamu dengar kaset ini, memang betul adanya. Satu kata, TDS mulai main-main dengan psikedelika. Mulai meresapi alam benak Anton Newcombe ketika membuat lagu. Mulai menyelami nihilistik Sonic Boom. Tetap ugal-ugalan seperti yang diajarkan Iggy Pop dan Ron Asheton. Dan di setiap lagu, diselipkan lagu tua daerah dan potongan cuplikan dialog film tua yang satir dan ironi tentang dekadensi moral remaja.
Masalahnya apakah kamu mau percaya isi dari kaset ini, baik yang tertulis ataupun yang terekam. Itu resiko masing-masing pembelinya. Saya hampir pasti sangat penasaran bagaimana TDS bisa membawakan lagu-lagu ini di atas panggung. Khususnya lagu dengan lirik tentang pentingnya kamus bahasa inggris-indonesia, adalah penantian saya.
Awalnya saya mau review album ini blak-blakan dari sisi apapun, dengan menggunakan berbagai macam pisau bedah analisis yang saya punyai, tetapi saya malas. Karena ada suara maung di akhir rekaman kaset ini. Album ini dari tahun 88-91. Percayai saja. Jangan beli. Pinjam saja.
Friday, December 5, 2008
The Stooges - The Stooges
Sex, drugs and rock 'n’ roll!!! Representasi yang tepat buat the Stooges, band paling berbahaya se-Amerika di era pecahnya Perang Vietnam. Berasal dari sudut kota para working class industri otomotif di Michigan, band ini hadir di akhir tahun 1960-an, ketika seluruh musisi Amerika sedang teler-telernya bermain psikedelik dan acid rock dengan dibensini pengaruh LSD. Empat anak muda yang terdiri atas Iggy Pop alias James Osterberg (vokal), Ron Asheton (gitar), Scott Asheton (drum) dan Dave Alexander (gitar bas) nekat memainkan garage rock 'n’ roll proto punk yang penuh energi, sebuah anomali ketika itu yang justru imbas pengaruhnya sangat kuat hingga detik ini.
Dirilis Elektra Records pada tahun 1969, materi album ini berstruktur simpel dan berdurasi hanya sekitar 33 menit saja. Diproduseri John Cale (eks Velvet Underground), para pendengar album ini akan disodori kocokan gitar, riff dan melodi gitar Ron Asheton yang sangat mentah, liar dan, brutal dibalut efek fuzz dan wah. Belum lagi ditambah cabikan bas Dave yang solid serta gebukan blues ganjil dari Scott namun terdengar konstan.
Vokal Iggy yang terdengar seperti dalam pengaruh kuat heroin tetapi sangat seksi, menjadi signature yang khas dari band ini. The standout tracks from this album tak lain “I Wanna Be Your Dog” penuh nuansa riff sangar, suara tambourine, melodi terdisorientasi, plus lirik jorok yang bakal menancap seumur hidup di setiap kepala. Lagu lainnya, “We Will Fall”, bak tiket perjalanan menuju ruang dimensi psikedelik selama sepuluh menit. Suara handclap pada “No Fun” mengiringi vokal malas Iggy diiringi sentuhan suara fuzz dari gitar Ron yang monoton siap membius otak anda .
Album ini memang gagal di pasaran pada saat itu, namun Elektra tampaknya takkan menyesal telah menemukan keempat pria ini. The Stooges sendiri telah menjadi cetak biru lahirnya genre punk, grunge dan garage revival di kemudian hari. Setelah mengunduh atau membeli album ini di tempat-tempat terasing, disarankan segera menuju minimart terdekat, beli sebotol Heineken dan satu bungkus Gudang Garam, kemudian putar album perdana the Stooges ini dengan volume sekeras-kerasnya. Rasakan. The Drowner
Mojo (Publisher) (7/02, p.162) - "...They gave birth to a high-energy take on 3-chord rock'n'roll that was as heavy as adolescence and primitive enough to be avant garde..."
Source: Totally forget when and where I bought this cd album. Darn. My bad.