Showing posts with label Psychedelic. Show all posts
Showing posts with label Psychedelic. Show all posts

Saturday, January 4, 2014

Teenage Death Star - Early Years 88-91

Band ugal-ugalan yang melegenda dari ibukota yang lebih jahat dari ibu tiri hingga kota kembang geulis pematah hati, merilis sebuah kaset. Kasetnya sudah dirilis, dan masih penuh godaan buruk jauh dari norma susila.. 

edit. - "kok gak bisa diputer yah di blog hahahaha :))"
Semua orang tahu kisah band ini di era awal 2000-an ketika di atas panggung, saat era BBs Cafe dan lainnya, bagaimana para personilnya memberikan pengayaan kepada audiens bagaimana bersikap di atas panggung. Termasuk ketika proses merekam album pertama Longway to Heaven, sungguh kabar rumor mistis, eksotis, dan adiktif di dalam studio musik bergentayangan dari mulut ke mulut para scenester dan hipster yang penuh gaya dan aksi.

Jadi ketika saya dapat selentingan TDS merilis satu kaset, dan mendapat penampakan cover pertamanya, dimana sepasang kekasih memadu kasih di tengan alam savanna dengan posisi hewani, maka penantian yang sebenarnya tidak dinantikan juga itu hadir. Kabarnya akan dirilis dengan kemasan kaset berbeda dengan bantuan Lian di Jalan Surabaya.

Dan akhirnya kasetnya pun ada di tangan saya. Meski cover aslinya gagal lolos sensor dari Departemen Penerangan era Harmoko, dan ketika saya minta versi aslinya, gitaris TDS minta uang ganti sebesar 30 juta rupiah. Sungguh amoral!

Apapun itu, album ini bertitel Early Years 88-91, yang artinya sejak mereka masih SMP, para TDS sudah merekam materi yang berlimpah dan destruktif. Lihat saja judul-judul lagunya yang.... sangat-sangat filosofis dan eksistensial. Entah berapa nilai rapor mereka di mata pelajaran Agama dan PMP, sekarang dikenal PPKN, kalau pas kuliah Kewiraan. Gitaris TDS bilang ke saya kalau rekaman ini adalah sekumpulan anak muda yang sedang merekam sebuah lagu-lagu di halaman belakang di era 80an. Mereka adalah sekumpulan anak muda kaya akan referensi dan narkoba.

Maka jika kamu dengar kaset ini, memang betul adanya. Satu kata, TDS mulai main-main dengan psikedelika. Mulai meresapi alam benak Anton Newcombe ketika membuat lagu. Mulai menyelami nihilistik Sonic Boom. Tetap ugal-ugalan seperti yang diajarkan Iggy Pop dan Ron Asheton. Dan di setiap lagu, diselipkan lagu tua daerah dan potongan cuplikan dialog film tua yang satir dan ironi tentang dekadensi moral remaja.

Masalahnya apakah kamu mau percaya isi dari kaset ini, baik yang tertulis ataupun yang terekam. Itu resiko masing-masing pembelinya. Saya hampir pasti sangat penasaran bagaimana TDS bisa membawakan lagu-lagu ini di atas panggung. Khususnya lagu dengan lirik tentang pentingnya kamus bahasa inggris-indonesia, adalah penantian saya.

Awalnya saya mau review album ini blak-blakan dari sisi apapun, dengan menggunakan berbagai macam pisau bedah analisis yang saya punyai, tetapi saya malas. Karena ada suara maung di akhir rekaman kaset ini. Album ini dari tahun 88-91. Percayai saja. Jangan beli. Pinjam saja.

Friday, January 30, 2009

The Gods - Genesis

Photobucket

Salah satu album band rock psikedelik pertama yang saya dapatkan dengan tanpa referensi atau info apapun. Dibeli murni berdasarkan naluri dan intuisi seorang pria beranjak dewasa yang sedang tergila-gila dengan prog rock serta baru saja mencicipi ruwetnya musik psikedelik.

Pada sebuah Sabtu sore beberapa tahun yang lalu, dengan kondisi 'sakaw musik', saya berangkat ke Aquarius Pondok Indah guna membeli beberapa cd baru untuk melengkapi ritual mendengarkan musik di hari Minggu pagi. Setelah mengobrak-abrik hampir seluruh jajaran rak cd di sana, dari abjad A sampai Z, tak dinyana saya menjadi kecewa. Album band yang saya cari ternyata tidak ada. Setelah sempat merenungi nasib sial selama kurang lebih lima menit, saya memutuskan untuk kembali menjelajahi rak-rak tersebut. Dalam sekelabat, perhatian saya terpusat pada sebuah cd dengan sampul berwarna biru muda bergambar empat orang berkostum perlente era '60-an. Latar belakangnya langit berawan berhiaskan empat patung kepala dewa Yunani. Segera saya ambil cd tersebut, the Gods nama bandnya. Sebelumnya saya sempat bingung karena tulisan di sampul depannya menempatkan judul album Genesis di sebelah kiri dan nama band the Gods di sebelah kanan, tidak lazim. Tetapi setelah memperhatikan sampul belakang cd, dan melihat gambar 'ayam jago' Repertoire Records (label asal negeri Jendral Erwin Rommell, spesialis reissue musik-musik aneh masa lalu), entah kenapa alam bawah sadar saya mengatakan bahwa band ini pasti keren. Mungkin karena dirilis tahun 1968. Ditambah asumsi saya yang sepertinya mengenal salah satu tampang personilnya. Petunjuk saya saat itu hanyalah judul-judul lagunya yang bernafaskan psych dan lagu bonus berjudul “Hey Bulldog” yang pasti ciptaan the Beatles. Dengan tuntunan naluri, akhirnya saya putuskan untuk membelinya, meski dengan banderol yang sempat membuat saya berpikir ulang. Lanjut cerita, karena pulang terlalu larut, saya memutuskan untuk merenggut keperawanan the Gods di esok hari.

Di Minggu pagi yang indah itu, saya langsung membuka kemasan cd the Gods. Hampir setiap album rilisan Repertoire menyediakan liner notes yang berisi informasi-informasi penting tentang artis tersebut. Saya pun langsung membacanya sembari mendengar rekaman purba tersebut melalui sepasang speaker tua pembelian dari sebuah toko elektronik bekas di kota Bogor. Alangkah terkejutnya saya, ternyata ini adalah bandnya Ken Hensley dan Lee Kerslake sebelum Uriah Heep (salah satu band classic rock kesukaan saya). Kecurigaan saya pun tuntas. Ternyata saya tidak sok kenal dengan salah satu raut muka personil yang ada di sampulnya. Maka semakin antusiaslah saya untuk mendengarkan track demi track di album ini. Yang langsung mengusik kuping saya tentu saja vokal khas Ken Hensley yang terdengar mengambang. Tak ketinggalan pula permainan organ Hammond-nya yang berat serta sound fuzz gitar Joe Konas.

Musik the Gods di album Genesis merupakan prototip prog rock yang rada nge-pop dengan dominasi suara khas Hammond, harmoni vokal menghanyutkan, dan timpalan keeklektikan psikedelia Britania khas tahun '60-an. Track-track favorit saya diantaranya adalah “Toward the Skies”, sebuah proto hard rock bernuansa prog, dan “Candles Getting Shorter”, sebuah lagu indah psikedelik yang sangat kental aroma pop-nya. Juga “You’re My Life”, lagu tipikal Nuggets ala the Pretty Things yang sudah terevolusi menjadi lebih baik. Lalu ada “Misleading Colours”, sebuah ramuan psych/prog berbau klasik dengan solo Hammond Ken Hensley yang layak mendapat acungan jempol. Catatan juga patut diberikan pada “Radio Show” yang penuh dinamika dari aneka genre. Dari awal sampai akhir lagu, unsur pop, soul, freakbeat dan hard rock bersahutan penuh kejutan. “Farthing Man” is another freakbeat pop gem with beautiful guitar riff combined with percussive sound. “Real Love Guaranteed” dan “Somewhere in the Street” adalah cikal bakal dari lagu-lagu Uriah Heep, sedangkan “I Never Know” mengkombinasikan riff-riff kasar dan solo gitar liar yang menyayat gendang telinga dari Konas berbalut raungan sound fuzz. Ada empat lagu bonus di cd ini termasuk di dalamnya lagu cover dari the Beatles, “Hey Bulldog”, dan “Baby’s Rich” yang terdengar seperti satu lagu the Beatles era Magical Mystery Tour dan Sgt Pepper's. After spending hours of intense listening dengan ditemani kepulan asap nikotin dan bergelas-gelas plain milk, keseluruhan materi Genesis sudah melebihi ekspektasi saya akan kualitas sebuah album yang bagus.

Pada awalnya terbentuk sebagai band blues pada tahun 1965 di kota Hatfield, southern part of England, oleh John Glascock, Brian Glascock dan Mick Taylor. Tercatat beberapa nama besar di belantara classic rock pernah mampir jadi anggota. Ken Hensley adalah pendiri Uriah Heep. Lee Kerslake dan Paul Newton kemudian ikut bergabung di sana. Mick Taylor, yang tak sempat ikut dalam rekaman the Gods, keluar dan ikut memperkuat John Mayall & the Bluesbreakers serta the Rolling Stones. Greg Lake juga pernah bermain gitar bas di band ini. Setelah gonta-ganti personil, formasi terakhir mereka pada saat merekam album Genesis adalah Ken Hensley (kibor, vokal), Joe Konas (gitar), John Glascock (gitar bas) dan Lee Kerslake (drum). Dirilis pertama kali oleh Columbia Records di tahun 1968, dengan pengerjaan sampul album yang digarap langsung oleh Storm Thorgerson dari biro desain legendaris Hipgnosis. Biro tersebut terkenal sebagai pencipta karya-karya seni visual tingkat tinggi berbau psikedelik. Hipgnosis juga bertanggung jawab atas terciptanya mahakarya-mahakarya seni sampul album legendaris dari Pink Floyd, Genesis, the Pretty Things, Led Zeppelin, dan banyak lainnya. Setelah tampil beberapa kali sebagai band pembuka Cream, the Gods sukses menjadi penerus band-band seperti the Rolling Stones dan the Who sebagai penampil reguler di the Marquee, kelab musik legendaris di Oxford Street, London.
In the end the Gods memberi wahyu pada saya untuk lebih mengeksplorasi ranah candu musik psikedelik hingga waktu yang tak dapat ditentukan. The Drowner

Photobucket

Source: Beli di Aquarius Pondok Indah (please read the full story on the first paragraph).

Hint :

Originally issued by Columbia Records in 1968. The album's ten tracks have now been joined by four bonus cuts that feature both sides of the bands ultra rare 45's "Baby's Rich" and "Hey Bulldog" and come in the original Hipgnosis designed sleeve!!!

buy it!

get the link!

Tuesday, December 9, 2008

The Byrds - Mr Tambourine Man

Photobucket

Album debut luar biasa dari band AS yang membendung gempuran gelombang British Invasion di negeri Paman Sam. Terinspirasi oleh The Beatles, namun band ini justru berhasil menjadi pesaing kuat bagi band Inggris tersebut di tangga lagu populer saat itu. Mr Tambourine Man dirilis pada tahun 1965, menjadi salah satu album debut terbaik sepanjang sejarah, sekaligus sebuah revolusi musikalitas pada era tersebut.

Taking their primary influences from Pete Seeger and Bob Dylan (judul album ini juga berasal dari lagu Bob Dylan), The Byrds memainkan musik jangly folk country rock dengan diselipkan sedikit aroma psikedelik diramu menjadi sesuatu yang segar, jernih, indah, namun terasa druggy. Ironisnya mereka malah membantu Bob Dylan menjadi terkenal dengan membawakan lagunya.

Suara khas gitar elektrik 12 senar Rickenbacker dari Roger McGuinn sangat mewarnai album ini. Dipadu dengan vokal Gene Clark dan David Crosby yang harmonis. Namun sebagian materi di album ini bukanlah karya mereka sendiri, ada tujuh lagu karya orang lain. Contohnya “Mr. Tambourine Man” dan “All I Really Want To Do” dari Bob Dylan, “The Bells of Rhymney” dari Pete Seeger dan “Don’t Doubt Yourself Babe” milik Jackie DeShannon.

Hebatnya, semua lagu tersebut digarap oleh The Byrds dengan sempurna dan menjadi jauh lebih kuat dari segi musikalitas ketimbang versi aslinya. Please, listen to “Mr Tambourine Man” dengan durasi setengah lagu lebih pendek dari versi aslinya, tetapi dua kali lebih indah. Atau "The Bells of Rhimney” yang komposisinya berubah menjadi jangly, psikedelik dan trippy.

Lagu-lagu karya The Byrds di album ini belum terdengar matang, tetapi talenta songwriting dari Gene Clark sudah mulai terlihat di lagu “I’ll Feel a Whole Lot Better” dan “Here Without You”. In the end, some sophisticated bands such as R.E.M, Gin Blossoms, The Rain Parade, The Stone Roses, The La’s, Ride and Big Star, mewarisi jejak indah The Byrds. The Drowner


NME (Magazine) (5/11/96, p.46) - 7 (out of 10) - "...The Byrds...took rock music on an astral flight which everybody from Big Star to REM to John Squire have never come down from. MR. TAMBOURINE MAN...still bears up..."
Source: I forgot...

Photobucket